Jalan Kelepasan dari Alam Maut

Maut adalah perceraian antara Allah dan manusia. Dosa dan maut adalah personifikasi dari kekuatan-kekuatan gelap. Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Tetapi untuk diselamatkan orang harus menentukan sikapnya terhadap penyelamatan Allah
Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS Poerwadarminta) memberikan pengertian tentang ‘alam’ dan ‘maut’ sebagai berikut:
Alam = Dunia, atau Kerajaan, atau Daerah/Negeri.
Maut = Mati (terutama tentang manusia).
Sedangkan menurut iman Kristen : Maut adalah perceraian antara apa yang dihubungkan oleh Tuhan. Maut adalah perceraian antara Allah dan manusia, tidak adanya hubungan yang harmonis lagi.
Dosa dan maut
Penting untuk menyadari bahwa dosa dan maut adalah personifikasi dari kekuatan-kekuatan gelap. Dosa menurut Paulus, merupakan kekuatan yang aktif di dalam dan di antara semua manusia dan mengungkapkan diri secara khusus melalui ‘daging’. Daging bukanlah sinonim bagi tubuh. Ungkapan ‘daging’ lebih melukiskan seorang pribadi dalam perspektif kelemahannya karena belum ditebus.
Maut juga dipersonifikasikan sebagai kekuatan kosmis yang tidak hanya menghancurkan tubuh manusia, tetapi juga mengakibatkan perpisahan definitif manusia dengan Allah. Adam melepaskan kekuatan yang bersifat memusuhi ke dalam dunia (dosa), yang mengakibatkan pengasingan definitif (maut ) dirinya dan manusia pada umumnya dari Allah, yang merupakan sumber segala yang hidup, selain karena semua orang telah berdosa melalui tindakan pribadi. Maka, maut telah memunculkan dua akibat dalam keberadaan manusia: dosa Adam dan pengesahan pribadi terhadap keadaan itu oleh orang-orang yang telah berbuat dosa. Inilah akibat dosa Adam bagi dunia.
Tuhan melemparkan manusia sebab Tuhan adalah Maha Suci dan manusia adalah berdosa. Ini yang disebut ‘maut rohani”. Maut juga dipahami sebagai perceraian yang kekal antara Tuhan dan manusia. Jikalau manusia terus- menerus menolak Tuhan, kemungkinan yang diberikan oleh Tuhan untuk bertobat akan berakhir. Kemudian manusia akan ditolak oleh Tuhan dan dijatuhi hukuman yang kekal. Inilah yang disebut “maut yang kekal”. Agar manusia tidak jatuh kedalam keadaan ‘maut yang kekal ‘ maka pertobatan menjadi sangat perlu.
Pertobatan
Firman Allah dalam Injil Markus 1:15 menyatakan“Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Jelas bahwa iman dan pertobatan bersangkutan satu dengan yang lain. Yang satu (percaya, iman) mengandung yang lain (tobat), dan yang lain (tobat) mengandalkan yang satu. Dengan iman manusia mempercayakan dirinya kepada Yesus dan Allah. Hanya ini tidak mungkin , jika ia tidak berubah haluan, yaitu berbalik, bertobat. Dipihak lain orang tidak dapat bertobat, kalau tidak percaya, tidak sampai menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada Yesus Kristus sebagai penyelamat. Tobat ialah kepercayaan orang berdosa. Pewartaan Yesus mengajak semua orang untuk bertobat.
Memang hal yang berdekatan dengan iman kepercayaan ialah pertobatan, yang dengan pertobatan ini manusia menanggapi pemberitaan Injil. Dalam pemberitaan Yesus sendiri, pertobatan merupakan pokok utama di samping Kerajaan Allah. Allah hanya dapat menyelamatkan manusia jika padanya ditemukan sikap hati yang disebut “pertobatan”. Para nabi dalam Perjanjian Lama sering mengajak umat Israel supaya “bertobat” artinya berbalik dari penyelewengan dan dosa, lalu kembali kepada Allah dan jalan hidup yang lurus sebagaimana digariskan oleh hukum Allah. Dalam Perjanjian Baru “bertobat” bersangkutan dengan kesesatan, dosa dan kejahatan, dan kembalinya manusia kepada Allah sejati. Maka “tobat” mengandung juga penyesalan atas dosa. Tetapi bertobat dan menyesal tidak sama. Meskipun Yudas ‘menyesal’ ia tidak sampai bertobat . Menyesal hanya berarti: orang menolak dosanya, mrasa sedih dan kecewa. Tetapi ia belum juga ‘kembali kepada Allah’.
Macam pertobatan
Pertobatan adalah akibat dan perwujudan dari percaya. Dilihat dari isinya pertobatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pertobatan dasar, yaitu pertobatan yang terjadi ketika seseorang berbalik hatinya dari tidak percaya menjadi percaya. Pada seseorang pertobatan yang demikian hanya terjadi sekali saja.
2. Pertobatan senantiasa, yaitu pertobatan yang terjadi ketika seseorang yang sudah percaya, karena kelemahan manusiawinya dapat berulang kali terjatuh ke dalam dosa, kemudian menyesali dosanya dan bertobat. Pertobatan senantiasa dilakukan orang percaya terus-menerus sepanjang hidupnya sebagai orang yang sudah diselamatkan.
Penyelamatan Allah
Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Tetapi untuk diselamatkan orang harus menentukan sikapnya terhadap penyelamatan Allah. Jadi, tidak dengan sendirinya semua orang diselamatkan. Untuk membuat orang diselamatkan Allah dan merelakan dirinya diselamatkan oleh Allah, orang harus memiliki sikap percaya dan beriman.
Unsur-unsur yang harus ada di dalam sikap percaya, yaitu:
1. Kesadaran dan pengakuan bahwa dirinya berada di dalam kondisi tidak selamat.
2. Pengetahuan mengenai tindakan penyelamatan Allah terhadap dirinya.
3. Penyerahan diri
4. Bersyukur
Berkaitan dengan masalah ‘pertobatan’ , maka unsur pertama dan kedua dari empat unsur diatas adalah hal yang sangat penting. Apa makna unsur pertama dan kedua tersebut?
Unsur pertama:
1. Menyadari dan mengakui di hadapan Allah bahwa dirinya adalah pendosa, sehingga pasti dihukum oleh Allah.
2. Menyadari dan mengakui bahwa dirinya tidak mampu melepaskan diri dari hukuman Allah dengan kekuatannya sendiri.
3. Menyadari dan mengakui bahwa diirinya membutuhkan pertolongan agar terlepas dari hukuman Allah.
Unsur kedua:
Mengetahui dan mengakui bahwa berdasarkan kasih-Nya kepada manusia Allah memberikan jalan kelepasan yang dibutuhkan, yaitu di dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Melalui karunia yang melimpah, yaitu kematian Yesus, dikaruniakan penebusan dalam kebenaran dan kehidupan, yang melimpahi semua orang yang menerima-Nya. Yesus mengubah keadaan yang mengerikan melalui ketaatan-Nya.
Dengan kata lain, Allah hanya dapat menegakkan PemerintahanNya dan menyelamatkan manusia, jika padanya ditemukan sikap hati yang disebut ‘pertobatan’. Para nabi dalam Perjanjian Lama sering mengajak umat Israel supaya ‘bertobat’ artinya berbalik dari penyelewengan dan dosa, lalu kembali kepada Allah dan jalan hidup yang lurus sebagaimana digariskan oleh hukum Allah. Dalam Perjanjian Baru pun ‘bertobat’ bersangkutan dengan kesesatan, dosa dan kejahatan dan kembalinya manusia kepada Allah sejati. Maka ‘tobat’ mengandung penyesalan atas dosa. Tetapi ‘bertobat’ dan ‘menyesal’ tidak sama. Meskipun Yudas ‘menyesal’ ia tidak sampai ‘bertobat’. Menyesal hanya berarti: orang menolah dosanya, merasa sedih dan kecewa. Tetapi ia belum juga ‘kembali kepada Allah’.
Dengan demikian ‘pertobatan’ merupakan karunia, hasil keselamatan yang dengan percuma dianugerahkan Tuhan. Tetapi karunia itu perlu diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan manusia. Kalau tidak, keselamatan akan hilang lenyap. Benih Kerajaan ditaburkan di ladang , dan diharapkan ia tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah sampai seratus kali lipat. Mereka yang pernah diterangi hatinya (dibaptis), yang pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, tidak boleh murtad lagi, dan harus menghasilkan buah-buah pertobatan.
Sikap yang memungkinkan pertobatan
Dalam Mat. 18:3, Yesus menegaskan, “ Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”. Terhadap orang dewasa anak kecil merasa diri tidak mampu dan tidak berdaya. Ia seluruhnya bergantung pada orang dewasa , khususnya pada orang tuanya, pada ayahnya, dalam masyarakat Yahudi, ayahnya yang menjadi satu-satunya andalan. Begitulah sikap hati yang diandaikan pertobatan yang dikaruniakan Allah. Jika pertobatan ditinjau dari segi manusia , boleh dikatakan ‘ Sikap hati itulah pertobatan’. Orang yang merasa diri tidak berdaya dan tidak mampu di hadapan Allah, tidak sanggup melakukan perintah-perintah-Nya dan justru karena itu menyerah saja, sepenuh-penuhnya mengandalkan kebaikan hati Bapa yang diberitakan Yesus; orang semacam itulah yang terbuka untuk pemberitaan Injil, untuk pertobatan dan kepercayaan. Perumpamaan, pemungut cukai dibenarkan karena hanya dapat mengaku dirinya seorang pendosa., yang tidak dapat membanggakan apa-apa dan tidak mengharapkan apa-apa dari dirinya sendiri karena tidak berdaya. Maka ia mengharapkan segala sesuatu dari belas kasihan Tuhan. Sehingga orang macam itulah yang dapat bertobat dan dibenarkan Allah.
Sikap yang merintangi pertobatan
Pemberitaan Injil, baik oleh Yesus sendiri maupun jemaat, jelas tidak selalu berhasil. Tidak semua manusia yang mendengar firman, sampai bertobat dan percaya. Apa sebabnya? Ada berbagai macam rintangan yang sebagian di luar tanggungjawab pribadi manusia; sebagian terletak di dalam sikap hatinya sendiri. Wali negeri Feliks ternyata seorang yang berminat terhadap pemberitaan Injil. Namun ketika mendengar tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang (jadi tentang ‘buah-buah yang sesuai dengan pertobatan’, yang diharapkan dan dituntut) ia menjadi takut dan berkata, “Cukuplah dahulu “ . Jadi implikasi moril dari Injil dapat merintangi orang. Para cendikiawan di kota Atena ternyata juga tidak terbuka bagi pemberitaan Injil karena isinya bertentangan dengan pemikiran mereka sendiri. Kesombongan intelektual dapat menyia-nyiakan pemberitaan Injil. Banyak orang Yahudi tertutup untuk pemberitaan Injil sehingga tidak sampai bertobat, karena mereka terikat pada adat istiadat keagamaan mereka yang oleh Injil dinyatakan tidak dapat menghasilkan pembenaran dan keselamatan . Keangkuhan keagamaan menfrustasikan firman keselamatan. Masih banyak keangkuhan dan kesombongan lain yang dapat merintangi pertobatan. Kita tilik diri kita masing-masing. Semoga membawa manfaat. Dari beberapa sumber. Depok, 8 September 2013. Oleh: Munari.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS Poerwadarminta) memberikan pengertian tentang ‘alam’ dan ‘maut’ sebagai berikut:
Alam = Dunia, atau Kerajaan, atau Daerah/Negeri.
Maut = Mati (terutama tentang manusia).
Sedangkan menurut iman Kristen : Maut adalah perceraian antara apa yang dihubungkan oleh Tuhan. Maut adalah perceraian antara Allah dan manusia, tidak adanya hubungan yang harmonis lagi.
Dosa dan maut
Penting untuk menyadari bahwa dosa dan maut adalah personifikasi dari kekuatan-kekuatan gelap. Dosa menurut Paulus, merupakan kekuatan yang aktif di dalam dan di antara semua manusia dan mengungkapkan diri secara khusus melalui ‘daging’. Daging bukanlah sinonim bagi tubuh. Ungkapan ‘daging’ lebih melukiskan seorang pribadi dalam perspektif kelemahannya karena belum ditebus.
Maut juga dipersonifikasikan sebagai kekuatan kosmis yang tidak hanya menghancurkan tubuh manusia, tetapi juga mengakibatkan perpisahan definitif manusia dengan Allah. Adam melepaskan kekuatan yang bersifat memusuhi ke dalam dunia (dosa), yang mengakibatkan pengasingan definitif (maut ) dirinya dan manusia pada umumnya dari Allah, yang merupakan sumber segala yang hidup, selain karena semua orang telah berdosa melalui tindakan pribadi. Maka, maut telah memunculkan dua akibat dalam keberadaan manusia: dosa Adam dan pengesahan pribadi terhadap keadaan itu oleh orang-orang yang telah berbuat dosa. Inilah akibat dosa Adam bagi dunia.
Tuhan melemparkan manusia sebab Tuhan adalah Maha Suci dan manusia adalah berdosa. Ini yang disebut ‘maut rohani”. Maut juga dipahami sebagai perceraian yang kekal antara Tuhan dan manusia. Jikalau manusia terus- menerus menolak Tuhan, kemungkinan yang diberikan oleh Tuhan untuk bertobat akan berakhir. Kemudian manusia akan ditolak oleh Tuhan dan dijatuhi hukuman yang kekal. Inilah yang disebut “maut yang kekal”. Agar manusia tidak jatuh kedalam keadaan ‘maut yang kekal ‘ maka pertobatan menjadi sangat perlu.
Pertobatan
Firman Allah dalam Injil Markus 1:15 menyatakan“Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Jelas bahwa iman dan pertobatan bersangkutan satu dengan yang lain. Yang satu (percaya, iman) mengandung yang lain (tobat), dan yang lain (tobat) mengandalkan yang satu. Dengan iman manusia mempercayakan dirinya kepada Yesus dan Allah. Hanya ini tidak mungkin , jika ia tidak berubah haluan, yaitu berbalik, bertobat. Dipihak lain orang tidak dapat bertobat, kalau tidak percaya, tidak sampai menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada Yesus Kristus sebagai penyelamat. Tobat ialah kepercayaan orang berdosa. Pewartaan Yesus mengajak semua orang untuk bertobat.
Memang hal yang berdekatan dengan iman kepercayaan ialah pertobatan, yang dengan pertobatan ini manusia menanggapi pemberitaan Injil. Dalam pemberitaan Yesus sendiri, pertobatan merupakan pokok utama di samping Kerajaan Allah. Allah hanya dapat menyelamatkan manusia jika padanya ditemukan sikap hati yang disebut “pertobatan”. Para nabi dalam Perjanjian Lama sering mengajak umat Israel supaya “bertobat” artinya berbalik dari penyelewengan dan dosa, lalu kembali kepada Allah dan jalan hidup yang lurus sebagaimana digariskan oleh hukum Allah. Dalam Perjanjian Baru “bertobat” bersangkutan dengan kesesatan, dosa dan kejahatan, dan kembalinya manusia kepada Allah sejati. Maka “tobat” mengandung juga penyesalan atas dosa. Tetapi bertobat dan menyesal tidak sama. Meskipun Yudas ‘menyesal’ ia tidak sampai bertobat . Menyesal hanya berarti: orang menolak dosanya, mrasa sedih dan kecewa. Tetapi ia belum juga ‘kembali kepada Allah’.
Macam pertobatan
Pertobatan adalah akibat dan perwujudan dari percaya. Dilihat dari isinya pertobatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pertobatan dasar, yaitu pertobatan yang terjadi ketika seseorang berbalik hatinya dari tidak percaya menjadi percaya. Pada seseorang pertobatan yang demikian hanya terjadi sekali saja.
2. Pertobatan senantiasa, yaitu pertobatan yang terjadi ketika seseorang yang sudah percaya, karena kelemahan manusiawinya dapat berulang kali terjatuh ke dalam dosa, kemudian menyesali dosanya dan bertobat. Pertobatan senantiasa dilakukan orang percaya terus-menerus sepanjang hidupnya sebagai orang yang sudah diselamatkan.
Penyelamatan Allah
Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Tetapi untuk diselamatkan orang harus menentukan sikapnya terhadap penyelamatan Allah. Jadi, tidak dengan sendirinya semua orang diselamatkan. Untuk membuat orang diselamatkan Allah dan merelakan dirinya diselamatkan oleh Allah, orang harus memiliki sikap percaya dan beriman.
Unsur-unsur yang harus ada di dalam sikap percaya, yaitu:
1. Kesadaran dan pengakuan bahwa dirinya berada di dalam kondisi tidak selamat.
2. Pengetahuan mengenai tindakan penyelamatan Allah terhadap dirinya.
3. Penyerahan diri
4. Bersyukur
Berkaitan dengan masalah ‘pertobatan’ , maka unsur pertama dan kedua dari empat unsur diatas adalah hal yang sangat penting. Apa makna unsur pertama dan kedua tersebut?
Unsur pertama:
1. Menyadari dan mengakui di hadapan Allah bahwa dirinya adalah pendosa, sehingga pasti dihukum oleh Allah.
2. Menyadari dan mengakui bahwa dirinya tidak mampu melepaskan diri dari hukuman Allah dengan kekuatannya sendiri.
3. Menyadari dan mengakui bahwa diirinya membutuhkan pertolongan agar terlepas dari hukuman Allah.
Unsur kedua:
Mengetahui dan mengakui bahwa berdasarkan kasih-Nya kepada manusia Allah memberikan jalan kelepasan yang dibutuhkan, yaitu di dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Melalui karunia yang melimpah, yaitu kematian Yesus, dikaruniakan penebusan dalam kebenaran dan kehidupan, yang melimpahi semua orang yang menerima-Nya. Yesus mengubah keadaan yang mengerikan melalui ketaatan-Nya.
Dengan kata lain, Allah hanya dapat menegakkan PemerintahanNya dan menyelamatkan manusia, jika padanya ditemukan sikap hati yang disebut ‘pertobatan’. Para nabi dalam Perjanjian Lama sering mengajak umat Israel supaya ‘bertobat’ artinya berbalik dari penyelewengan dan dosa, lalu kembali kepada Allah dan jalan hidup yang lurus sebagaimana digariskan oleh hukum Allah. Dalam Perjanjian Baru pun ‘bertobat’ bersangkutan dengan kesesatan, dosa dan kejahatan dan kembalinya manusia kepada Allah sejati. Maka ‘tobat’ mengandung penyesalan atas dosa. Tetapi ‘bertobat’ dan ‘menyesal’ tidak sama. Meskipun Yudas ‘menyesal’ ia tidak sampai ‘bertobat’. Menyesal hanya berarti: orang menolah dosanya, merasa sedih dan kecewa. Tetapi ia belum juga ‘kembali kepada Allah’.
Dengan demikian ‘pertobatan’ merupakan karunia, hasil keselamatan yang dengan percuma dianugerahkan Tuhan. Tetapi karunia itu perlu diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan manusia. Kalau tidak, keselamatan akan hilang lenyap. Benih Kerajaan ditaburkan di ladang , dan diharapkan ia tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah sampai seratus kali lipat. Mereka yang pernah diterangi hatinya (dibaptis), yang pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, tidak boleh murtad lagi, dan harus menghasilkan buah-buah pertobatan.
Sikap yang memungkinkan pertobatan
Dalam Mat. 18:3, Yesus menegaskan, “ Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”. Terhadap orang dewasa anak kecil merasa diri tidak mampu dan tidak berdaya. Ia seluruhnya bergantung pada orang dewasa , khususnya pada orang tuanya, pada ayahnya, dalam masyarakat Yahudi, ayahnya yang menjadi satu-satunya andalan. Begitulah sikap hati yang diandaikan pertobatan yang dikaruniakan Allah. Jika pertobatan ditinjau dari segi manusia , boleh dikatakan ‘ Sikap hati itulah pertobatan’. Orang yang merasa diri tidak berdaya dan tidak mampu di hadapan Allah, tidak sanggup melakukan perintah-perintah-Nya dan justru karena itu menyerah saja, sepenuh-penuhnya mengandalkan kebaikan hati Bapa yang diberitakan Yesus; orang semacam itulah yang terbuka untuk pemberitaan Injil, untuk pertobatan dan kepercayaan. Perumpamaan, pemungut cukai dibenarkan karena hanya dapat mengaku dirinya seorang pendosa., yang tidak dapat membanggakan apa-apa dan tidak mengharapkan apa-apa dari dirinya sendiri karena tidak berdaya. Maka ia mengharapkan segala sesuatu dari belas kasihan Tuhan. Sehingga orang macam itulah yang dapat bertobat dan dibenarkan Allah.
Sikap yang merintangi pertobatan
Pemberitaan Injil, baik oleh Yesus sendiri maupun jemaat, jelas tidak selalu berhasil. Tidak semua manusia yang mendengar firman, sampai bertobat dan percaya. Apa sebabnya? Ada berbagai macam rintangan yang sebagian di luar tanggungjawab pribadi manusia; sebagian terletak di dalam sikap hatinya sendiri. Wali negeri Feliks ternyata seorang yang berminat terhadap pemberitaan Injil. Namun ketika mendengar tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang (jadi tentang ‘buah-buah yang sesuai dengan pertobatan’, yang diharapkan dan dituntut) ia menjadi takut dan berkata, “Cukuplah dahulu “ . Jadi implikasi moril dari Injil dapat merintangi orang. Para cendikiawan di kota Atena ternyata juga tidak terbuka bagi pemberitaan Injil karena isinya bertentangan dengan pemikiran mereka sendiri. Kesombongan intelektual dapat menyia-nyiakan pemberitaan Injil. Banyak orang Yahudi tertutup untuk pemberitaan Injil sehingga tidak sampai bertobat, karena mereka terikat pada adat istiadat keagamaan mereka yang oleh Injil dinyatakan tidak dapat menghasilkan pembenaran dan keselamatan . Keangkuhan keagamaan menfrustasikan firman keselamatan. Masih banyak keangkuhan dan kesombongan lain yang dapat merintangi pertobatan. Kita tilik diri kita masing-masing. Semoga membawa manfaat. Dari beberapa sumber. Depok, 8 September 2013. Oleh: Munari.
Kematian, Dosa dan Hukum Taurat

Teman sekantor, Muchsin, pada tahun 2006 yang lalu mengalami kecelakaan d isekitar Indramayu saat pulang mudik ke Jawa Tengah. Kebetulan dia sendiri yang setir mobil dan ditemani beberapa teman yang juga ikut mudik. Tabrakan maut tak terhindari saat sebuah minibus melaju kencang dari arah berlawanan sehingga jatuh korban dari kedua belah pihak. Muchsin sendiri luput dari maut, namun rekan yang duduk di sebelahnya tak tertolong jiwanya dan tewas di tempat. Penulis sempat membesuk Muchsin di rumah sakit St. Carolus, kondisinya sangat memprihatinkan, muka penuh jahitan, dan sulit berbicara.
Ketika sudah sembuh dan masuk kantor, Muchsin menuturkan kronologis kecelakaan maut itu, tetapi ada yang menarik dari cerita tersebut. Pengalaman hampir mati diceritakan cukup rinci, termasuk ketidaktahuan dia tentang apa yang terjadi sampai ia sadar sudah tergolek di rumah sakit. Ketika sedang menyetir mobil saat semua temannya tertidur, dia merasakan kondisi jalan sangat lengang tidak ada satupun mobil lalu lalang dan jalanan terus menanjak keatas. Sampai di atas dia jumpa dengan seseorang yang memberitahu bahwa dia salah jalan dan harus kembali lagi. Pada saat turun kembali dia sadar dan mendapati dirinya sudah tergeletak di trotoar dan tubuhnya ditutup koran. Melihat darah berceceran di mana-mana dan banyak orang berkerumun, iapun pingsan. Dalam keadaan setengah hidup ia mendengar lamat-lamat orang berteriak “masih hidup-masih hidup”, sampai akhirnya ia sadar sudah berada di rumah sakit.
Yang tidak pernah bisa dimengerti, siapa yang mengajak Muchsin berbicara dan menyuruh dia balik? Apakah ini suatu pengalaman hampir mati yang bisa dialami oleh siapa saja? Orang yang mengalami kejadian ini dan bisa menceritakannya kembali sungguh sangat langka. Ada beberapa kisah nyata tentang pengalaman hampir mati, seperti melihat terowongan yang diujungnya ada cahaya. Ada pula yang bisa melihat dirinya yang sedang tidur, dan pada saat yang sama bertemu dengan saudara atau kerabatnya yang sudah meninggal, dan lain-lain.
Alam maut atau kematian adalah misteri bagi mereka yang masih hidup. Pada saat manusia akan berakhir hidupnya, apakah Tuhan mengirim kembali orang-orang yang sudah meninggal untuk membantu mereka yang sedang sekarat agar dapat meninggal dengan tenang? Apakah malaikat menghampiri orang yang hampir mati untuk memberikan pelayanan kerohanian? Mungkin juga kita hanya bermimpi atau berhalusinasi yang kemudian berubah menjadi kenyataan. Semuanya akan tetap menjadi misteri sampai manusia benar-benar dipanggil Tuhan, dan melihatnya sendiri dengan mata kematian.
Pandangan Alkitab tentang kematian: mati berarti kembalinya tubuh manusia ke tanah atau debu, dan kembalinya roh manusia kepada Allah (Pengkhotbah 12:7), dan manusia hanya mengalami kematian satu kali (Ibrani 9:27). Pernyataan Alkitab tentang kedaulatan Tuhan atas tubuh manusia ini mematahkan berbagai pandangan dari penganut agama dan kepercayaan di luar agama Kristen yang mengedepankan keabadian jiwa. Pandangan seperti inilah yang membuahkan spiritualisme dunia lain, hantu, bercengkerama dengan orang mati, termasuk siksa kubur bagi mereka yang tidak beramal dan lain-lain. Paham seperti ini mengutamakan fatwa yang isinya lebih banyak tentang sangsi atau hukuman (punishment) dari pada membicarakan tentang keselamatan dan kasih terhadap Tuhan dan sesama manusia.
Lalu bagaimana dengan kisah sobat saya Muchsin yang mengalami kejadian aneh saat terjadi kecelakaan? Menurut beberapa ahli kejadian ini biasa disebut sebagai mati suri atau koma. Kombinasi antara efek trauma dan kekurangan oksigen di otak akibat kecelakaan atau penyakit membuat otak salah menerima input sensoris, juga neurotransmitter di dalam otak tidak bekerja dengan normal. Hal ini membawa efek pengalaman surealistis yang tampak seperti realistis atau nyata. Sensasi kedamaian dan ilusi yang indah pada saat mati suri dipicu oleh meningkatnya kadar endorfin yang diproduksi otak selama trauma.
Alkitab tidak pernah menyebutkan atau mengenal kata-kata mati suri atau koma. Sebagai contoh kisah tentang Lazarus yang benar-benar mati selama empat hari dan dibangkitkan oleh Yesus. Lazarus tidak bercerita apa-apa tentang apa yang dialaminya saat ia mati. Bahkan Yesus sendiri mengatakan bahwa Lazarus sedang tidur, sekalipun Ia tahu bahwa Lazarus sudah mati. Yesus berkata demikian hanya untuk meyakinkan bahwa orang mati tidak kemana-mana dan tidak bisa apa-apa seperti orang tidur. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kita mempunyai nyawa lebih dari satu atau rangkap yang tidak pernah mati. Artinya, orang mati atau hampir mati tidak pergi ke alam lain, melainkan menjadi tidak ada apa-apanya lagi. Jadi, apapun yang dilihat atau dirasakan orang saat hampir mati bukanlah surga, bukan pula neraka, atau bentuk kehidupan lain setelah kematian.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang alam maut, baiklah kita melihat kembali tentang hakekat makhluk hidup dan perubahan yang dialaminya. Sebagai makhluk yang berada dalam dimensi ruang dan waktu tidak ada satu manusiapun yang lolos dari perubahan. Filsuf Yunani bernama Herakleitos mengatakan bahwa yang lolos dari perubahan adalah “perubahan” itu sendiri. Kalau “perubahan” itu berhenti maka perubahan pasti tidak ada. Lalu siapakah atau apakah yang menggerakkan perubahan itu? Apa penyebab perubahan? Kalau yang bicara filsuf pasti kita dibuat bingung dan pusing tujuh keliling. Salah satu dari proses perubahan bahkan titik kulminasi perubahan pada manusia adalah kematian. Semua orang pasti mati atau dengan kata lain bahwa manusia berpotensi untuk mati, tinggal kapan potensi ini diaktualisasikan.
Manusia bisa saja menunda kematian dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran, tetapi pada akhirnya tetap mati juga. Proses perubahan yang dialami manusia adalah suatu realitas, dan realitas ini tidak terbatas, bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Thomas Aquinas menyatakan sesuatu yang menarik ketika ia menyebutkan bahwa penyebab paling dalam dari realitas adalah Tuhan sendiri. Di balik pengalaman hidup, keterbatasan, kematian, kita bisa menemukan yang tidak terbatas yakni Tuhan Sendiri.
Mungkinkah manusia mengalahkan kematian? Bila harus mati, buat apa harus hidup? Dalam kitab Pengkhotbah 8:8, ditulis bahwa tak seorangpun berkuasa atas hari kematian, namun rasul Paulus mengungkapkan suatu rahasia besar tentang kematian yang tidak semua rasul mengungkapkannya dalam kitab Perjanjian Baru. Bila kita baca 1 Korintus 15: 51-57 rasul Paulus mengungkapkan suatu rahasia tentang maut yang telah ditelan dalam kemenangan sebagaimana janji Tuhan yang jauh-jauh hari telah dikatakan oleh Yesaya dalam Yesaya 25:8 – “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya….”- Orang Kristen memiliki kemenangan di dalam, yaitu kemenangan terhadap kematian. Tubuh boleh mati, tetapi kemenangan terhadap kematian sudah berada pada kita. Inilah iman Kristen, karena di dalam hati kita terdapat kekekalan (Pengkotbah 3:11). Oleh karenanya jikalau pengharapan orang Kristen tidak ditujukan kepada kekekalan, maka orang Kristen adalah manusia yang paling malang di dunia. (Soren A.Kierkegaard).
Tidak ada satu orangpun yang steril dari dosa. Kuasa dosa ialah hukum Taurat. Artinya, berdosa adalah melangar hukum Taurat dimana bagi yang melanggar akan berpisah dengan Tuhan dan menuju kematian, karena upah dosa ialah maut (Roma 6:23). Ada ilustrasi yang sangat gamblang tentang dosa. Di bukit Golgota saat Yesus disalib, di kiri dan kanannya terdapat dua orang penjahat yang ikut disalibkan. Ketiga-tiganya akhirnya mati, tetapi ada perbedaan yang sangat mencolok di antara ketiganya. Penjahat yang satu “mati di dalam dosa” karena ia sudah berdosa dan tidak menerima Tuhan, sedangkan penjahat yang lainnya “mati terhadap dosa” karena ia berdosa tetapi menerima Tuhan, sedang Tuhan Yesus sendiri “mati untuk orang berdosa”.
Semua kematian manusia terjadi di luar kehendak Allah, yaitu sebagai upah dari dosa yang dibuatnya. Sedangkan kematian Yesus adalah satu-satunya kematian di dalam kehendak Allah yang merupakan penggenapan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Kematian manusia berada di bawah kuasa dosa, sedangkan kematian Yesus di atas kuasa dosa. Inilah yang membedakan kematian manusia dengan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib. Kebangkitan Tuhan Yesus merupakan kunci kemenangan atas maut yang harus dimaknai dan dimengerti oleh seluruh umat manusia, karena jikalau Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan rasul Paulus dan sia-sialah juga kepercayaan kita semua (1 Korintus 15-14).
Di balik kematian ada dosa, dan kuasa dosa adalah hukum Taurat. Kematian, dosa, dan hukum Taurat merupakan segitiga yang yang mempunyai kekuatan dahsyat dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tuhan menurunkan hukum Taurat karena semua manusia telah berbuat dosa. Tuhan memberikan hukum Taurat bukan supaya kita berbuat dosa, tetapi juga bukan karena kita mematuhi hukum Taurat maka kita tidak bisa berbuat dosa. Oleh karenanya kedatangan Tuhan Yesus kedunia bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan menggenapinya karena Ia berada di atas hukum Taurat itu sendiri. Alkitab memberikan jawaban yang tuntas tentang kematian, dosa dan hukum Taurat. Jeddah, 11 September 2013. Oleh: Alfred Bawole.
Ketika sudah sembuh dan masuk kantor, Muchsin menuturkan kronologis kecelakaan maut itu, tetapi ada yang menarik dari cerita tersebut. Pengalaman hampir mati diceritakan cukup rinci, termasuk ketidaktahuan dia tentang apa yang terjadi sampai ia sadar sudah tergolek di rumah sakit. Ketika sedang menyetir mobil saat semua temannya tertidur, dia merasakan kondisi jalan sangat lengang tidak ada satupun mobil lalu lalang dan jalanan terus menanjak keatas. Sampai di atas dia jumpa dengan seseorang yang memberitahu bahwa dia salah jalan dan harus kembali lagi. Pada saat turun kembali dia sadar dan mendapati dirinya sudah tergeletak di trotoar dan tubuhnya ditutup koran. Melihat darah berceceran di mana-mana dan banyak orang berkerumun, iapun pingsan. Dalam keadaan setengah hidup ia mendengar lamat-lamat orang berteriak “masih hidup-masih hidup”, sampai akhirnya ia sadar sudah berada di rumah sakit.
Yang tidak pernah bisa dimengerti, siapa yang mengajak Muchsin berbicara dan menyuruh dia balik? Apakah ini suatu pengalaman hampir mati yang bisa dialami oleh siapa saja? Orang yang mengalami kejadian ini dan bisa menceritakannya kembali sungguh sangat langka. Ada beberapa kisah nyata tentang pengalaman hampir mati, seperti melihat terowongan yang diujungnya ada cahaya. Ada pula yang bisa melihat dirinya yang sedang tidur, dan pada saat yang sama bertemu dengan saudara atau kerabatnya yang sudah meninggal, dan lain-lain.
Alam maut atau kematian adalah misteri bagi mereka yang masih hidup. Pada saat manusia akan berakhir hidupnya, apakah Tuhan mengirim kembali orang-orang yang sudah meninggal untuk membantu mereka yang sedang sekarat agar dapat meninggal dengan tenang? Apakah malaikat menghampiri orang yang hampir mati untuk memberikan pelayanan kerohanian? Mungkin juga kita hanya bermimpi atau berhalusinasi yang kemudian berubah menjadi kenyataan. Semuanya akan tetap menjadi misteri sampai manusia benar-benar dipanggil Tuhan, dan melihatnya sendiri dengan mata kematian.
Pandangan Alkitab tentang kematian: mati berarti kembalinya tubuh manusia ke tanah atau debu, dan kembalinya roh manusia kepada Allah (Pengkhotbah 12:7), dan manusia hanya mengalami kematian satu kali (Ibrani 9:27). Pernyataan Alkitab tentang kedaulatan Tuhan atas tubuh manusia ini mematahkan berbagai pandangan dari penganut agama dan kepercayaan di luar agama Kristen yang mengedepankan keabadian jiwa. Pandangan seperti inilah yang membuahkan spiritualisme dunia lain, hantu, bercengkerama dengan orang mati, termasuk siksa kubur bagi mereka yang tidak beramal dan lain-lain. Paham seperti ini mengutamakan fatwa yang isinya lebih banyak tentang sangsi atau hukuman (punishment) dari pada membicarakan tentang keselamatan dan kasih terhadap Tuhan dan sesama manusia.
Lalu bagaimana dengan kisah sobat saya Muchsin yang mengalami kejadian aneh saat terjadi kecelakaan? Menurut beberapa ahli kejadian ini biasa disebut sebagai mati suri atau koma. Kombinasi antara efek trauma dan kekurangan oksigen di otak akibat kecelakaan atau penyakit membuat otak salah menerima input sensoris, juga neurotransmitter di dalam otak tidak bekerja dengan normal. Hal ini membawa efek pengalaman surealistis yang tampak seperti realistis atau nyata. Sensasi kedamaian dan ilusi yang indah pada saat mati suri dipicu oleh meningkatnya kadar endorfin yang diproduksi otak selama trauma.
Alkitab tidak pernah menyebutkan atau mengenal kata-kata mati suri atau koma. Sebagai contoh kisah tentang Lazarus yang benar-benar mati selama empat hari dan dibangkitkan oleh Yesus. Lazarus tidak bercerita apa-apa tentang apa yang dialaminya saat ia mati. Bahkan Yesus sendiri mengatakan bahwa Lazarus sedang tidur, sekalipun Ia tahu bahwa Lazarus sudah mati. Yesus berkata demikian hanya untuk meyakinkan bahwa orang mati tidak kemana-mana dan tidak bisa apa-apa seperti orang tidur. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kita mempunyai nyawa lebih dari satu atau rangkap yang tidak pernah mati. Artinya, orang mati atau hampir mati tidak pergi ke alam lain, melainkan menjadi tidak ada apa-apanya lagi. Jadi, apapun yang dilihat atau dirasakan orang saat hampir mati bukanlah surga, bukan pula neraka, atau bentuk kehidupan lain setelah kematian.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang alam maut, baiklah kita melihat kembali tentang hakekat makhluk hidup dan perubahan yang dialaminya. Sebagai makhluk yang berada dalam dimensi ruang dan waktu tidak ada satu manusiapun yang lolos dari perubahan. Filsuf Yunani bernama Herakleitos mengatakan bahwa yang lolos dari perubahan adalah “perubahan” itu sendiri. Kalau “perubahan” itu berhenti maka perubahan pasti tidak ada. Lalu siapakah atau apakah yang menggerakkan perubahan itu? Apa penyebab perubahan? Kalau yang bicara filsuf pasti kita dibuat bingung dan pusing tujuh keliling. Salah satu dari proses perubahan bahkan titik kulminasi perubahan pada manusia adalah kematian. Semua orang pasti mati atau dengan kata lain bahwa manusia berpotensi untuk mati, tinggal kapan potensi ini diaktualisasikan.
Manusia bisa saja menunda kematian dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran, tetapi pada akhirnya tetap mati juga. Proses perubahan yang dialami manusia adalah suatu realitas, dan realitas ini tidak terbatas, bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Thomas Aquinas menyatakan sesuatu yang menarik ketika ia menyebutkan bahwa penyebab paling dalam dari realitas adalah Tuhan sendiri. Di balik pengalaman hidup, keterbatasan, kematian, kita bisa menemukan yang tidak terbatas yakni Tuhan Sendiri.
Mungkinkah manusia mengalahkan kematian? Bila harus mati, buat apa harus hidup? Dalam kitab Pengkhotbah 8:8, ditulis bahwa tak seorangpun berkuasa atas hari kematian, namun rasul Paulus mengungkapkan suatu rahasia besar tentang kematian yang tidak semua rasul mengungkapkannya dalam kitab Perjanjian Baru. Bila kita baca 1 Korintus 15: 51-57 rasul Paulus mengungkapkan suatu rahasia tentang maut yang telah ditelan dalam kemenangan sebagaimana janji Tuhan yang jauh-jauh hari telah dikatakan oleh Yesaya dalam Yesaya 25:8 – “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya….”- Orang Kristen memiliki kemenangan di dalam, yaitu kemenangan terhadap kematian. Tubuh boleh mati, tetapi kemenangan terhadap kematian sudah berada pada kita. Inilah iman Kristen, karena di dalam hati kita terdapat kekekalan (Pengkotbah 3:11). Oleh karenanya jikalau pengharapan orang Kristen tidak ditujukan kepada kekekalan, maka orang Kristen adalah manusia yang paling malang di dunia. (Soren A.Kierkegaard).
Tidak ada satu orangpun yang steril dari dosa. Kuasa dosa ialah hukum Taurat. Artinya, berdosa adalah melangar hukum Taurat dimana bagi yang melanggar akan berpisah dengan Tuhan dan menuju kematian, karena upah dosa ialah maut (Roma 6:23). Ada ilustrasi yang sangat gamblang tentang dosa. Di bukit Golgota saat Yesus disalib, di kiri dan kanannya terdapat dua orang penjahat yang ikut disalibkan. Ketiga-tiganya akhirnya mati, tetapi ada perbedaan yang sangat mencolok di antara ketiganya. Penjahat yang satu “mati di dalam dosa” karena ia sudah berdosa dan tidak menerima Tuhan, sedangkan penjahat yang lainnya “mati terhadap dosa” karena ia berdosa tetapi menerima Tuhan, sedang Tuhan Yesus sendiri “mati untuk orang berdosa”.
Semua kematian manusia terjadi di luar kehendak Allah, yaitu sebagai upah dari dosa yang dibuatnya. Sedangkan kematian Yesus adalah satu-satunya kematian di dalam kehendak Allah yang merupakan penggenapan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Kematian manusia berada di bawah kuasa dosa, sedangkan kematian Yesus di atas kuasa dosa. Inilah yang membedakan kematian manusia dengan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib. Kebangkitan Tuhan Yesus merupakan kunci kemenangan atas maut yang harus dimaknai dan dimengerti oleh seluruh umat manusia, karena jikalau Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan rasul Paulus dan sia-sialah juga kepercayaan kita semua (1 Korintus 15-14).
Di balik kematian ada dosa, dan kuasa dosa adalah hukum Taurat. Kematian, dosa, dan hukum Taurat merupakan segitiga yang yang mempunyai kekuatan dahsyat dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tuhan menurunkan hukum Taurat karena semua manusia telah berbuat dosa. Tuhan memberikan hukum Taurat bukan supaya kita berbuat dosa, tetapi juga bukan karena kita mematuhi hukum Taurat maka kita tidak bisa berbuat dosa. Oleh karenanya kedatangan Tuhan Yesus kedunia bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan menggenapinya karena Ia berada di atas hukum Taurat itu sendiri. Alkitab memberikan jawaban yang tuntas tentang kematian, dosa dan hukum Taurat. Jeddah, 11 September 2013. Oleh: Alfred Bawole.
Tiga Hari di Alam Maut

”Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat 12 : 40).
Ayat emas tersebut di atas cukup kita kenal, tetapi maha karya Allah di alam maut pun perlu kita bahas karena itu sebagian dari iman kita, hanya berdasarkan Alkitab saja kita perlu menelitinya. Amanat Agung harus kita utamakan, tetapi pemetaan arah kehidupan sebaiknya tidak boleh kabur, karena banyak pertanyaan di dalam hati kita yang belum memperoleh jawaban dan biasanya diredam dan dipendam berkepanjangan, maka melalui media Gembala perlu membahasnya, tulisan ini mengharapkan umpan balik dari pembaca untuk menyampaikan kritik yang membangun guna melengkapinya. Suatu pertanyaan dapat disampaikan beberapa detik, tetapi untuk meberikan jawaban memerlukan waktu yang sangat lama, tiga hari dan tiga malam Tuhan Yesus di alam maut merupakan misi yang tidak dapat dipisahkan dengan penyaliban di bukit Golgota dalam menebus dosa manusia. Alam maut atau dunia orang mati ada karena akibat dosa yang merupakan kebencian Allah, Bahkan dari Kejadian, kejatuhan manusia sehingga berakibat adanya alam maut, penyelamatan, pemeliharaan Allah, sampai penghukuman yang terakhir dan pentahbisan langit dan bumi baru, adalah peristiwa-peristiwa yang berhubungan secara tidak terputus dari sebab berlanjut dengan akibat bagaikan air sungai mengalir dari pebunungan menuju ke laut. Jika peristiwa tiga hari di alam maut hanya diucapkan saja dalam Pengakuan Iman Rasuli, tanpa membahasnya maka bagaikan air sungai yang mengalir tetapi tertahan di lembah yang bisa menimbulkan penyakit dan itu hanya bisa diselamatkan meresap ke perut bumi atau menguap akibat panasnya matahari.
Atas dasar latar belakang tersebut di atas maka judul tersebut kita bahas, dan perlu diawali dengan arti dari alam maut, upah dosa maut, penyelamatan di salib sekali dan sempurna, identitas orang beriman adalah dikuduskan, tiga hari di alam maut, neraka, firdaus, serta Surga dan surga, Sebagai penutup usaha kita tiada sia-sia di dalam Tuhan. Tulisan ini banyak kelemahan dan kekurangan maka diperlukan saran dan kritik yang membangun agar terjadi kelengkapan dan kesempurnaan. Kita juga diingatkan agar tidak terlalu banyak waktu dihabiskan untuk membahas dunia orang mati.
ARTI ALAM MAUT
Akibat kematian maka manusia menjadi terpisah dengan Allah dan tatanan hidup yang semula Tuhan canangkan bagi mereka, sehingga alam maut diartikan sebagai suatu tempat atau keadaan spiritual yang terpisah jauh dari hadirat Allah. Dalam Alkitab tempat itu dinamakan Hades (bahasa Yunani), atau Sheol (bahasa Ibrani). Kedua istilah ini digunakan untuk menggambarkan kematian, kehancuran, bencana atau kuburan, atau lokasi (keadaan) orang mati pergi (turun ke bawah bumi). Menurut Tuhan Yesus alam maut adalah tempat (keadaan) di mana orang mati pergi untuk menunggu penghakiman akhir dari Tuhan. (Mat 11 : 22-24). Tempat itu semacam penjara bagi jiwa dan roh orang mati Secara radikal Tuhan Yesus akan mengubah alam maut menjadi maha karya Allah untuk menyelamatkan orang beriman, dan itu dilaksanakan dalam tiga hari di alam maut, Tuhan Yesus akan merombak Bait Allah dan dalam tiga hari akan mmendirikan kembali (Yoh 2 :19).
UPAH DOSA MAUT
Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia kehilangan kasih Allah, kasih Surgawi, dan kehilangan kehidupan kekal. Akibat dosa manusia kehilangan tiga penopang kehidupan : Pertama manusia kehilangan jati dirinya / kehilangan gambar Allah sehingga sulit untuk diajak berbuat baik dan mudah berbuat jahat. Kedua manusia kehilangan mandat yang telah Allah berikan. Ketiga manusia terpisah dengan Allah, dan memperoleh upah maut atau kematian secara rohani. Dan jalan satu-satunya agar terlepas dari maut adalah bertobat dan percaya kepada penyelamatan/ penebusan dosa oleh Tuhan Yeus di kayu salib.
PENYELAMATAN DI KAYU SALIB SEKALI DAN SEMPURNA
Allah pemrakarsa keselamatan yang digerakkan oleh kasihNya dan dinyatakan dalam Tuhan mengaruniakan AnakNya supaya orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3 : 16), Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1 Yoh 4 : 10). Kita hanya menerima dan percaya akan pekerjaanNya dalam penyelamatan di kayu salib sekali dan sempurna. Manfaat penyelamatan di kayu salib sekali dan sempurna meliputi hidup kekal (Wah 5 :5-9), pengampunan dosa (Efs 1 :7), pembenaran (Rom 5 : 17), lepas dari kutukan Taurat (Gal 3: 13), diangkat menjadi kelurga Allah (Gal 4 : 5), bebas dari belenggu dosa (Tit 2 : 14), damai dengan Allah (Kol 1 : 18-20), berdiamnya Roh Kudus di dalam diri kita (1 Kor 6 : 19-20), Diselamatkan/ ditebus adalah diampuni, kudus, dibenarkan, diberkati, bebas, diangkat anak, dan didamaikan. Di firdaus/ surga dan natinya Surga dipenuhi oleh orang-orang yang dulunya adalah tawanan, yang tanpa jasa mereka sendiri, yang mendapatkan pengampunan dan kebebasan. Tidak heran mereka menyanyikan nyanyian baru, nyanyian pujian kepada sang Penebus yang telah disembelih (Wah 5 : 9), Kita dulunya hamba-hamba dosa, dihukum untuk terpisah selama-lamanya dari Allah. Yesus membayar harga untuk menebus kita, menghasilkan kebebasan kita dari perbudakan dosa, dan penyelamatan kita dari upah kekal dari dosa itu.
IDENTITAS ORANG BERIMAN ADALAH DIKUDUSKAN
“Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita Ia membenarkan dan mengkuduskan dan menebus kita.” (1Kor 1 : 30).
Bahwa oleh Dia orang-orang beriman di Korintus berada dalam Kristus , dan Kristuslah yang mengkuduskan mereka. Oleh pekerjaan Kristuslah kita telah dibuat kudus, sehingga kita menjadi semakin termotivasi untuk menjalani gaya hidup berdasarkan kebenaran bahwa kita telah dikuduskan. Yeus Kristus adalah kekudusan kita dan hanya menerima pekerjaanNya yang sudah selesai sebagai dasar bagi kekudusan kita. Ketika kita melakukan itu, kita menghormati salib dan Kristus yang memberikan diriNya sendiri bagi kita supaya kita boleh dibuat kudus. “Dan karena kehendakNya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kiristus .” (Ibr 10 : 10).
TIGA HARI DI ALAM MAUT
“Bukankah Ia telah naik berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah ? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” (Efs 4 : 9-10).
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu hanya delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.” (1 Pet 3 : 18-20).
Rincian yang paling penting yang kita pelajari tentang kematian Yesus adalah kemenanganNya. Pengharapan kita akan kehidupan setelah mati sepenuhnya terletak pada kemenanganNya yang demikian luas dan mutlak di atas kayu salib, dan turun ke alam maut untuk memberitakan Injil dan menyelamatkan orang mati yang beriman, yang dimerdekakan Yesus bersamaNya naik ke langit di atas, adalah orang-orang yang namanya disebutkan dalam Ibrani 11 seperti Habel, Henoch, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Elia, Musa dan sebagainya. Secara radikal Yesus telah mengubah alam maut. KetaatanNya kepada Bapa akan memampukan pemulihan ciptaanNya. Meskipun Yesus telah mengalahkan alam maut, tetapi orang beriman kini masih tetap akan mati secara fisik, tetapi jiwa dan rohnya tidak lagi dipenjarakan, tidak dipisahkan dengan Allah dalam alam maut dan akan bersama Tuhan Yesus di firdaus / surga (belum Surga).
NERAKA
Istilah utama dalam bahasa Yunani untuk tempat di mana orang akan tinggal dalam kekekalan, tetapi terpisah dengan Allah, adalah Gehenna (sama dengan nama lembah dekat Yerusalem). Gehenna adalah suatu tempat/keadaan yang abadi bagi mereka yang selama-lamanya terpisah dengan Allah. Kalau Hdes/Sheol adalah tempat/keadaan sementara bagi jiwa dan roh untuk menanti penghakiman terakhir. Sehingga Gehenna itulah yang tepat untuk diterjemahkan sebagai neraka.”Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian kedua lautan api.” (Wah 20: 14). Neraka juga dinamakan lautan api yang menyala-nyala. (Wah 19 : 20).
FIRDAUS
Pada waktu Adam dan Hawa diciptakan Tuhan, awalnya mereka tinggal di firdaus yaitu suatu tempat di Timur Tengah (dekat Irak). Firdaus adalah suatu tempat/keadaan hidup yang tidak pernah terpisahkan dengan Allah.”Ya bapa, Aku mau supay, di mana Aku berada, mereka juga berada, bersama-sama denga Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia ini dijadikan.” (Yoh 17 : 24). “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan, di hadapanMu sukacita berlimpah-limpah, di tanganMu ada nikmat senantiasa.” (Maz 16:11). Akibat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa maka firdaus yang ada di atas bumi tidak dapat nyata dalam pancaindera manusia. (intangible).
SURGA DAN surga (HEAVEN DAN HEAVENLY PLACES)
Rencana akhir Allah bagi kita adalah hidup bersamaNya di sebuah tempat/keadaan bernama Surga.”Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yoh 2 : 17). Berdasarkan Alkitab, penjelasan rinci mengenai Surga dapat kita temukan dalam penglihatan spiritual dari Allah kepada Yohanes yang ditulis dalam kitab Wahyu. Meskipun terbentuk dari materialyang berbada, seperti tubuh kebangkitan Tuhan Yesus, demikian juga tubuh kebangkitan kita yang dikuduskan, akan terbentuk dari bahan yang berbeda dengan tubuh duniawi yang sekarang, demikian juga Surga adalah langit dan bumi baru. Langit, tanah, meja-meja perjamuan, mahkota, musik, dan cahaya akan exist di Surga. Surga bukan hanya dalam pikiran, atau sebuah kesadaran yang hanya bisa didatangi melalui meditasi, hipnosis, obat bius, atau secara mental. Yohanes melanjutkan penglihatan dengan rincian yang mengejutkan.”Lalau aku melihatlangit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” (Wah 21 :1). Kedatangan Yesus yang pertama bukanlah simbolik, demikian juga kedatanganNya kembali bukanlah kiasan Karena itu tidak ada alasan untuk meragukan nubuatan Yohanes tentang turunnya Surga ke bumi.
Salah satu penjahat yang disalibkan dan berkata : “ Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23: 42). Kata Yesus kepadanya:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23 : 43).
“yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di surga.” (Efs 1 : 20). Perlu kita catat surga dalam ayat tersebut ditulis dengan huruf kecil, dalam bahasa Inggris diterjemahkan “in heavenly places”. Jadi jiwa dan roh orang beriman yang meninggal termasuk penjahat yang diselamatkan oleh Tuhan Yesus pada waktu penyaliban, saat ini bersama Kristus di surga (heavenly places) atau firdaus, pada saatnya nanti akan dinyatakan dalam Surga setelah kedatangan Tuhan yang kedua. Kiranya orang beriman berperan serta menjadi teman sekerja Allah dalam membangun Kerajaan Allah menuju Langit baru dan Bumi baru yang merupakan finishing pembangunan Kerajaan Allah yang disempurnakan (Surga).
JERIH PAYAH KITA TIADA SIA-SIA DI DALAM TUHAN
Kita akan menyambut kedatangan Langit baru dan Bumi baru, negara hukum anugerah Tuhan untuk segala bangsa, dengan ibukota Yerusalem Baru / Kota Surgawi, dimana penyakit dan maut tidak ada lagi, yang dibangun melalui karya penyelamatan Tuhan Yesus termasuk tiga hari di alam maut, di mana pengenalan akan Allah dan Yesus Kristus akan meliputi ke seluruh muka bumi, dan kita senantiasa berpartisipasi dalam karya Allah melalui lisan, tulisan, usaha keras, puji-pujian dan pelayanan, kesaksian dalam persekutuan gereja kita. Kerajaan Allah datang. Tuhan Yesus datang.”Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran!” (Maz 72 : 3). “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor 15 : 58). Amin. JS/PI.
Ayat emas tersebut di atas cukup kita kenal, tetapi maha karya Allah di alam maut pun perlu kita bahas karena itu sebagian dari iman kita, hanya berdasarkan Alkitab saja kita perlu menelitinya. Amanat Agung harus kita utamakan, tetapi pemetaan arah kehidupan sebaiknya tidak boleh kabur, karena banyak pertanyaan di dalam hati kita yang belum memperoleh jawaban dan biasanya diredam dan dipendam berkepanjangan, maka melalui media Gembala perlu membahasnya, tulisan ini mengharapkan umpan balik dari pembaca untuk menyampaikan kritik yang membangun guna melengkapinya. Suatu pertanyaan dapat disampaikan beberapa detik, tetapi untuk meberikan jawaban memerlukan waktu yang sangat lama, tiga hari dan tiga malam Tuhan Yesus di alam maut merupakan misi yang tidak dapat dipisahkan dengan penyaliban di bukit Golgota dalam menebus dosa manusia. Alam maut atau dunia orang mati ada karena akibat dosa yang merupakan kebencian Allah, Bahkan dari Kejadian, kejatuhan manusia sehingga berakibat adanya alam maut, penyelamatan, pemeliharaan Allah, sampai penghukuman yang terakhir dan pentahbisan langit dan bumi baru, adalah peristiwa-peristiwa yang berhubungan secara tidak terputus dari sebab berlanjut dengan akibat bagaikan air sungai mengalir dari pebunungan menuju ke laut. Jika peristiwa tiga hari di alam maut hanya diucapkan saja dalam Pengakuan Iman Rasuli, tanpa membahasnya maka bagaikan air sungai yang mengalir tetapi tertahan di lembah yang bisa menimbulkan penyakit dan itu hanya bisa diselamatkan meresap ke perut bumi atau menguap akibat panasnya matahari.
Atas dasar latar belakang tersebut di atas maka judul tersebut kita bahas, dan perlu diawali dengan arti dari alam maut, upah dosa maut, penyelamatan di salib sekali dan sempurna, identitas orang beriman adalah dikuduskan, tiga hari di alam maut, neraka, firdaus, serta Surga dan surga, Sebagai penutup usaha kita tiada sia-sia di dalam Tuhan. Tulisan ini banyak kelemahan dan kekurangan maka diperlukan saran dan kritik yang membangun agar terjadi kelengkapan dan kesempurnaan. Kita juga diingatkan agar tidak terlalu banyak waktu dihabiskan untuk membahas dunia orang mati.
ARTI ALAM MAUT
Akibat kematian maka manusia menjadi terpisah dengan Allah dan tatanan hidup yang semula Tuhan canangkan bagi mereka, sehingga alam maut diartikan sebagai suatu tempat atau keadaan spiritual yang terpisah jauh dari hadirat Allah. Dalam Alkitab tempat itu dinamakan Hades (bahasa Yunani), atau Sheol (bahasa Ibrani). Kedua istilah ini digunakan untuk menggambarkan kematian, kehancuran, bencana atau kuburan, atau lokasi (keadaan) orang mati pergi (turun ke bawah bumi). Menurut Tuhan Yesus alam maut adalah tempat (keadaan) di mana orang mati pergi untuk menunggu penghakiman akhir dari Tuhan. (Mat 11 : 22-24). Tempat itu semacam penjara bagi jiwa dan roh orang mati Secara radikal Tuhan Yesus akan mengubah alam maut menjadi maha karya Allah untuk menyelamatkan orang beriman, dan itu dilaksanakan dalam tiga hari di alam maut, Tuhan Yesus akan merombak Bait Allah dan dalam tiga hari akan mmendirikan kembali (Yoh 2 :19).
UPAH DOSA MAUT
Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia kehilangan kasih Allah, kasih Surgawi, dan kehilangan kehidupan kekal. Akibat dosa manusia kehilangan tiga penopang kehidupan : Pertama manusia kehilangan jati dirinya / kehilangan gambar Allah sehingga sulit untuk diajak berbuat baik dan mudah berbuat jahat. Kedua manusia kehilangan mandat yang telah Allah berikan. Ketiga manusia terpisah dengan Allah, dan memperoleh upah maut atau kematian secara rohani. Dan jalan satu-satunya agar terlepas dari maut adalah bertobat dan percaya kepada penyelamatan/ penebusan dosa oleh Tuhan Yeus di kayu salib.
PENYELAMATAN DI KAYU SALIB SEKALI DAN SEMPURNA
Allah pemrakarsa keselamatan yang digerakkan oleh kasihNya dan dinyatakan dalam Tuhan mengaruniakan AnakNya supaya orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3 : 16), Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1 Yoh 4 : 10). Kita hanya menerima dan percaya akan pekerjaanNya dalam penyelamatan di kayu salib sekali dan sempurna. Manfaat penyelamatan di kayu salib sekali dan sempurna meliputi hidup kekal (Wah 5 :5-9), pengampunan dosa (Efs 1 :7), pembenaran (Rom 5 : 17), lepas dari kutukan Taurat (Gal 3: 13), diangkat menjadi kelurga Allah (Gal 4 : 5), bebas dari belenggu dosa (Tit 2 : 14), damai dengan Allah (Kol 1 : 18-20), berdiamnya Roh Kudus di dalam diri kita (1 Kor 6 : 19-20), Diselamatkan/ ditebus adalah diampuni, kudus, dibenarkan, diberkati, bebas, diangkat anak, dan didamaikan. Di firdaus/ surga dan natinya Surga dipenuhi oleh orang-orang yang dulunya adalah tawanan, yang tanpa jasa mereka sendiri, yang mendapatkan pengampunan dan kebebasan. Tidak heran mereka menyanyikan nyanyian baru, nyanyian pujian kepada sang Penebus yang telah disembelih (Wah 5 : 9), Kita dulunya hamba-hamba dosa, dihukum untuk terpisah selama-lamanya dari Allah. Yesus membayar harga untuk menebus kita, menghasilkan kebebasan kita dari perbudakan dosa, dan penyelamatan kita dari upah kekal dari dosa itu.
IDENTITAS ORANG BERIMAN ADALAH DIKUDUSKAN
“Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita Ia membenarkan dan mengkuduskan dan menebus kita.” (1Kor 1 : 30).
Bahwa oleh Dia orang-orang beriman di Korintus berada dalam Kristus , dan Kristuslah yang mengkuduskan mereka. Oleh pekerjaan Kristuslah kita telah dibuat kudus, sehingga kita menjadi semakin termotivasi untuk menjalani gaya hidup berdasarkan kebenaran bahwa kita telah dikuduskan. Yeus Kristus adalah kekudusan kita dan hanya menerima pekerjaanNya yang sudah selesai sebagai dasar bagi kekudusan kita. Ketika kita melakukan itu, kita menghormati salib dan Kristus yang memberikan diriNya sendiri bagi kita supaya kita boleh dibuat kudus. “Dan karena kehendakNya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kiristus .” (Ibr 10 : 10).
TIGA HARI DI ALAM MAUT
“Bukankah Ia telah naik berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah ? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” (Efs 4 : 9-10).
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu hanya delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.” (1 Pet 3 : 18-20).
Rincian yang paling penting yang kita pelajari tentang kematian Yesus adalah kemenanganNya. Pengharapan kita akan kehidupan setelah mati sepenuhnya terletak pada kemenanganNya yang demikian luas dan mutlak di atas kayu salib, dan turun ke alam maut untuk memberitakan Injil dan menyelamatkan orang mati yang beriman, yang dimerdekakan Yesus bersamaNya naik ke langit di atas, adalah orang-orang yang namanya disebutkan dalam Ibrani 11 seperti Habel, Henoch, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Elia, Musa dan sebagainya. Secara radikal Yesus telah mengubah alam maut. KetaatanNya kepada Bapa akan memampukan pemulihan ciptaanNya. Meskipun Yesus telah mengalahkan alam maut, tetapi orang beriman kini masih tetap akan mati secara fisik, tetapi jiwa dan rohnya tidak lagi dipenjarakan, tidak dipisahkan dengan Allah dalam alam maut dan akan bersama Tuhan Yesus di firdaus / surga (belum Surga).
NERAKA
Istilah utama dalam bahasa Yunani untuk tempat di mana orang akan tinggal dalam kekekalan, tetapi terpisah dengan Allah, adalah Gehenna (sama dengan nama lembah dekat Yerusalem). Gehenna adalah suatu tempat/keadaan yang abadi bagi mereka yang selama-lamanya terpisah dengan Allah. Kalau Hdes/Sheol adalah tempat/keadaan sementara bagi jiwa dan roh untuk menanti penghakiman terakhir. Sehingga Gehenna itulah yang tepat untuk diterjemahkan sebagai neraka.”Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian kedua lautan api.” (Wah 20: 14). Neraka juga dinamakan lautan api yang menyala-nyala. (Wah 19 : 20).
FIRDAUS
Pada waktu Adam dan Hawa diciptakan Tuhan, awalnya mereka tinggal di firdaus yaitu suatu tempat di Timur Tengah (dekat Irak). Firdaus adalah suatu tempat/keadaan hidup yang tidak pernah terpisahkan dengan Allah.”Ya bapa, Aku mau supay, di mana Aku berada, mereka juga berada, bersama-sama denga Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia ini dijadikan.” (Yoh 17 : 24). “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan, di hadapanMu sukacita berlimpah-limpah, di tanganMu ada nikmat senantiasa.” (Maz 16:11). Akibat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa maka firdaus yang ada di atas bumi tidak dapat nyata dalam pancaindera manusia. (intangible).
SURGA DAN surga (HEAVEN DAN HEAVENLY PLACES)
Rencana akhir Allah bagi kita adalah hidup bersamaNya di sebuah tempat/keadaan bernama Surga.”Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yoh 2 : 17). Berdasarkan Alkitab, penjelasan rinci mengenai Surga dapat kita temukan dalam penglihatan spiritual dari Allah kepada Yohanes yang ditulis dalam kitab Wahyu. Meskipun terbentuk dari materialyang berbada, seperti tubuh kebangkitan Tuhan Yesus, demikian juga tubuh kebangkitan kita yang dikuduskan, akan terbentuk dari bahan yang berbeda dengan tubuh duniawi yang sekarang, demikian juga Surga adalah langit dan bumi baru. Langit, tanah, meja-meja perjamuan, mahkota, musik, dan cahaya akan exist di Surga. Surga bukan hanya dalam pikiran, atau sebuah kesadaran yang hanya bisa didatangi melalui meditasi, hipnosis, obat bius, atau secara mental. Yohanes melanjutkan penglihatan dengan rincian yang mengejutkan.”Lalau aku melihatlangit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” (Wah 21 :1). Kedatangan Yesus yang pertama bukanlah simbolik, demikian juga kedatanganNya kembali bukanlah kiasan Karena itu tidak ada alasan untuk meragukan nubuatan Yohanes tentang turunnya Surga ke bumi.
Salah satu penjahat yang disalibkan dan berkata : “ Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23: 42). Kata Yesus kepadanya:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23 : 43).
“yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di surga.” (Efs 1 : 20). Perlu kita catat surga dalam ayat tersebut ditulis dengan huruf kecil, dalam bahasa Inggris diterjemahkan “in heavenly places”. Jadi jiwa dan roh orang beriman yang meninggal termasuk penjahat yang diselamatkan oleh Tuhan Yesus pada waktu penyaliban, saat ini bersama Kristus di surga (heavenly places) atau firdaus, pada saatnya nanti akan dinyatakan dalam Surga setelah kedatangan Tuhan yang kedua. Kiranya orang beriman berperan serta menjadi teman sekerja Allah dalam membangun Kerajaan Allah menuju Langit baru dan Bumi baru yang merupakan finishing pembangunan Kerajaan Allah yang disempurnakan (Surga).
JERIH PAYAH KITA TIADA SIA-SIA DI DALAM TUHAN
Kita akan menyambut kedatangan Langit baru dan Bumi baru, negara hukum anugerah Tuhan untuk segala bangsa, dengan ibukota Yerusalem Baru / Kota Surgawi, dimana penyakit dan maut tidak ada lagi, yang dibangun melalui karya penyelamatan Tuhan Yesus termasuk tiga hari di alam maut, di mana pengenalan akan Allah dan Yesus Kristus akan meliputi ke seluruh muka bumi, dan kita senantiasa berpartisipasi dalam karya Allah melalui lisan, tulisan, usaha keras, puji-pujian dan pelayanan, kesaksian dalam persekutuan gereja kita. Kerajaan Allah datang. Tuhan Yesus datang.”Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran!” (Maz 72 : 3). “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor 15 : 58). Amin. JS/PI.
Alam Maut

Kalau tidak salah yang dimaksudkan oleh Redaksi majalah Gembala, dengan judul alam maut adalah alam di seberang kematian, atau apa yang disebut alam baka. Oleh karenanya perlu kita bahas lebih dahulu apa yang disebut kematian.
Memahami Kematian
Boleh dikata hampir semua orang takut mati, sehingga berusaha mati-matian untuk terhindar dari mati. Bahkan kalau mungkin jangan sampai mati untuk selamanya. Namun kenyataannya, takut atau tidak takut, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau toh akhirnya setiap manusia harus mengalami mati. Perlu diingatkan di sini bahwa yang namanya mati itu bukan hanya monopoli bagi para lansia saja, Namun juga dapat menimpa pada bayi, anak-anak, remaja, bahkan para dewasa. Semuanya hanya tergantung Sang pemberi hidup yaitu Tuhan. Pada umumnya manusia enggan, bahkan kadang merasa tabu untuk berbincang bincang tentang kematian.
Ada beberapa hal yang memungkinkan orang merasa takut mati, antara lain adalah:
Sedang butir e, berkaitan dengan kehidupan rohani atau sorgawi// KEAKANAN.
Di dalam tulisan ini hanya difokuskan pada masalah yang tertera pada butir 4e saja. yaitu kehidupan di seberang kematian. Atau kehidupan di alam baka. Batas antara alam fana dan alam baka adalah mati.
Mati
Peristiwa mati yang dialami manusia adalah peristiwa terpisahnya tubuh dengan roh. Hal ini dapat disimpulkan dari firman Tuhan dalam Luk 8 : 54- 55a sebagai berikut:
Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ”Hai anak bangunlah”. Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri
Hakekat pribadi seorang manusia adalah roh dari manusia tersebut. Nama seseorang sebenarnya adalah nama yang melekat pada roh dari orang tersebut. Bukan melekat pada tubuh. Pada waktu seseorang meninggal dunia berarti, rohnya telah meninggalkan dunia sedang tubuhnya yang sudah tidak dihuni penghuninya (rohnya) tertinggal di dunia, sehingga yang tersisa dan yang bisa dilihat maupun yang bisa diraba tinggal jenazah yang sama dengan materi-materi lain yang tidak mempunyai hidup dan tidak mempunyai pribadi lagi. II Pet 1;13-14 menyatakan sebagai berikut: Aku (Petrus) menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu, selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus Tuhan kita.
Di sini timbul pertanyaan di mana pribadi orang yang mati tersebut? Lenyap jugakah? Memang ada faham yang meyakini bahwa manakala manusia mati, lenyap juga kepribadiannya. Tetapi umat Kristiani meyakini bahwa ketika meninggal dunia pribadi yang melekat pada roh yang meninggalkan tubuh tetap hidup dan bagi umat pengikut Kristus sudah jelas arah keberadaannya. Kemana arah keberadaan roh manusia yang mati di dalam Tuhan Yesus Kristus, bisa kita simak pada kisah penyamun yang disalib bersama sama dengan Tuhan Yesus, dan yang percaya terhadap kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus, dalam injil Lukas 23; 4. Sbb: Lalu ia (penyamun) berkata: “Yesus ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Kepada penyamun yang percaya bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia sebagai Raja menurut injil Lukas 23:43 Tuhan Yesus bersabda demikian ‘Pada hari ini juga engkau akan ada bersama sama dengan Aku di dalam Firdaus‘. Ketika itu Tuhan Yesus tidak bersabda demikian: Pada hari ini juga engkau akan ada bersama sama dengan Aku di dalam kuburan. Padahal fakta yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia, memang setelah Tuhan Yesus mati di kayu salib langsung dikuburkan. Mengapa demikian? Karena rupa-rupanya yang dimaksud Tuhan Yesus adalah: Pada hari ini juga (roh) engkau akan ada bersama-sama dengan (Roh)Ku di dalam Firdaus. Jadi yang dimaksud engkau itu bukan tubuhnya melainkan rohnya. Dan yang akan bersama sama dengan Tuhan Yesus bukan tubuhnya yang berada di makam, melainkan rohnya.yang berada dan tetap hidup di dalam Firdaus.
Meskipun ada firman dalam I kor 6:20b demikian: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. Dan di dalam I Kor 6;19a tertulis demikian: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu? Namun kelihatannya Tuhan Yesus hanya mementingkan roh dan tidak menganggap penting lagi tubuh manusia yang telah mati, Hal ini tersirat dalam sabda Tuhan Yesus di dalam Mat 8;22b ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Tubuh yang mati tidak lagi merupakan pribadi, melainkan tinggal bekas kemah kediaman roh, yang telah ditinggalkan penghuinya. Dimana tubuh itu akan terurai kembali menjadi debu. Namun demikian pada waktunya kelak tubuh itu akan dibangkitkan kembali oleh Tuhan Yesus dalam sekejap dengan menggunakan tubuh yang dimuliakan, seperti tubuh Tuhan Yesus setelah bangkit dari kematianNya.
Meskipun kalangan yang berpaham rasional mengatakan mustahil hal itu akan terjadi, namun bagi yang mengimani, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Hal ini dapat disimak dari firman Tuhan di dalam I Kor 15:20 yang menyatakan: Tetapi yang benar adalah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal dan I Kor 15; 22 menyebutkan: ”Sebab sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Sikap Kristiani Dalam Menghadapi Kematian
Seperti layaknya sekeping mata uang yang terdiri dari dua sisi, maka setiap peritiwa kematian akan menimbulkan dua aspek yaitu aspek duniawi dan aspek rohani. Di sisi duniawi, peristiwa kematian menimbulkan dukacita yang mendalam, karena perasaan kehilangan seseorang yang sangat dikasihinya. Sedang di sisi rohani, merasa sukacita karena orang yang dikasihi tersebut sudah berada di Firdaus, di kawasan sorgawi bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Untuk dapat mencapi sikap batin semacam ini, diperlukan penghayatan hidup yang tidak lagi didominasi oleh keinginan daging, melainkan oleh keinginan yang dibimbing oleh Roh. Seperti yang dinyatakan oleh firman Tuhan dalam Yoh 3:6-7 demikian: Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Aku brkata kepadamu; Kamu harus dilahirkan kembali.
Peristiwa kematian dapat difahami sebagai peristiwa perkabungan, sekaligus sebagai peristiwa syukuran. Hal ini tergantung tingkat kedewasaan iman seseorang. Meskipun keluarga yang ditinggalkan almarhum sangat mengasihi almarhum, namun alangkah indahnya bilamana peristiwa tersebut dapat cenderung difahami sebagai peristiwa syukuran seperti ungkapan Rasul Paulus dalam Filipi 1 : 21b sebagai berikut: Mati adalah keuntungan. Menurut hikmat duniawi sikap batin semacam itu terasa aneh, bahkan dianggap omong kosong. Namun bagi anak-anak Tuhan, mereka sudah terpisah dari hikmat duniawi, seperti yang diucapkan oleh Tuhan Yesus, ketika mendoakan para muridNya di dalam Yoh; 17 : 16. demikian: Mereka bukan dari dunia, seperti Aku bukan dari dunia. Oleh karena itu, bagi anak-anak Tuhan sikap itu sudah seharusnya menjadi sikap yang BAKU. Amin. (Siswoyo Wil. KB).
Memahami Kematian
Boleh dikata hampir semua orang takut mati, sehingga berusaha mati-matian untuk terhindar dari mati. Bahkan kalau mungkin jangan sampai mati untuk selamanya. Namun kenyataannya, takut atau tidak takut, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau toh akhirnya setiap manusia harus mengalami mati. Perlu diingatkan di sini bahwa yang namanya mati itu bukan hanya monopoli bagi para lansia saja, Namun juga dapat menimpa pada bayi, anak-anak, remaja, bahkan para dewasa. Semuanya hanya tergantung Sang pemberi hidup yaitu Tuhan. Pada umumnya manusia enggan, bahkan kadang merasa tabu untuk berbincang bincang tentang kematian.
Ada beberapa hal yang memungkinkan orang merasa takut mati, antara lain adalah:
- Takut terhadap proses yang dapat mengakibatkan kematian, misal eksekusi hukuman mati, rasa sakit yang sangat, siksaan, kecelakaan fatal dan sebagainya.
- Takut meninggalkan apa yang dimiliki, kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan sebagainya.
- Takut meninggalkan semua yang dikasihnya, istri, suami, anak anak, cucu cucu dan sebagainya.
- Takut tidak dapat menuntaskan kewajibannya terhadap pendidikan anak anak, mengentaskan anak anak dan sebagainya.
- Takut menghadapi kehidupan diseberang kematian.
Sedang butir e, berkaitan dengan kehidupan rohani atau sorgawi// KEAKANAN.
Di dalam tulisan ini hanya difokuskan pada masalah yang tertera pada butir 4e saja. yaitu kehidupan di seberang kematian. Atau kehidupan di alam baka. Batas antara alam fana dan alam baka adalah mati.
Mati
Peristiwa mati yang dialami manusia adalah peristiwa terpisahnya tubuh dengan roh. Hal ini dapat disimpulkan dari firman Tuhan dalam Luk 8 : 54- 55a sebagai berikut:
Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ”Hai anak bangunlah”. Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri
Hakekat pribadi seorang manusia adalah roh dari manusia tersebut. Nama seseorang sebenarnya adalah nama yang melekat pada roh dari orang tersebut. Bukan melekat pada tubuh. Pada waktu seseorang meninggal dunia berarti, rohnya telah meninggalkan dunia sedang tubuhnya yang sudah tidak dihuni penghuninya (rohnya) tertinggal di dunia, sehingga yang tersisa dan yang bisa dilihat maupun yang bisa diraba tinggal jenazah yang sama dengan materi-materi lain yang tidak mempunyai hidup dan tidak mempunyai pribadi lagi. II Pet 1;13-14 menyatakan sebagai berikut: Aku (Petrus) menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu, selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus Tuhan kita.
Di sini timbul pertanyaan di mana pribadi orang yang mati tersebut? Lenyap jugakah? Memang ada faham yang meyakini bahwa manakala manusia mati, lenyap juga kepribadiannya. Tetapi umat Kristiani meyakini bahwa ketika meninggal dunia pribadi yang melekat pada roh yang meninggalkan tubuh tetap hidup dan bagi umat pengikut Kristus sudah jelas arah keberadaannya. Kemana arah keberadaan roh manusia yang mati di dalam Tuhan Yesus Kristus, bisa kita simak pada kisah penyamun yang disalib bersama sama dengan Tuhan Yesus, dan yang percaya terhadap kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus, dalam injil Lukas 23; 4. Sbb: Lalu ia (penyamun) berkata: “Yesus ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Kepada penyamun yang percaya bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia sebagai Raja menurut injil Lukas 23:43 Tuhan Yesus bersabda demikian ‘Pada hari ini juga engkau akan ada bersama sama dengan Aku di dalam Firdaus‘. Ketika itu Tuhan Yesus tidak bersabda demikian: Pada hari ini juga engkau akan ada bersama sama dengan Aku di dalam kuburan. Padahal fakta yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia, memang setelah Tuhan Yesus mati di kayu salib langsung dikuburkan. Mengapa demikian? Karena rupa-rupanya yang dimaksud Tuhan Yesus adalah: Pada hari ini juga (roh) engkau akan ada bersama-sama dengan (Roh)Ku di dalam Firdaus. Jadi yang dimaksud engkau itu bukan tubuhnya melainkan rohnya. Dan yang akan bersama sama dengan Tuhan Yesus bukan tubuhnya yang berada di makam, melainkan rohnya.yang berada dan tetap hidup di dalam Firdaus.
Meskipun ada firman dalam I kor 6:20b demikian: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. Dan di dalam I Kor 6;19a tertulis demikian: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu? Namun kelihatannya Tuhan Yesus hanya mementingkan roh dan tidak menganggap penting lagi tubuh manusia yang telah mati, Hal ini tersirat dalam sabda Tuhan Yesus di dalam Mat 8;22b ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Tubuh yang mati tidak lagi merupakan pribadi, melainkan tinggal bekas kemah kediaman roh, yang telah ditinggalkan penghuinya. Dimana tubuh itu akan terurai kembali menjadi debu. Namun demikian pada waktunya kelak tubuh itu akan dibangkitkan kembali oleh Tuhan Yesus dalam sekejap dengan menggunakan tubuh yang dimuliakan, seperti tubuh Tuhan Yesus setelah bangkit dari kematianNya.
Meskipun kalangan yang berpaham rasional mengatakan mustahil hal itu akan terjadi, namun bagi yang mengimani, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Hal ini dapat disimak dari firman Tuhan di dalam I Kor 15:20 yang menyatakan: Tetapi yang benar adalah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal dan I Kor 15; 22 menyebutkan: ”Sebab sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Sikap Kristiani Dalam Menghadapi Kematian
Seperti layaknya sekeping mata uang yang terdiri dari dua sisi, maka setiap peritiwa kematian akan menimbulkan dua aspek yaitu aspek duniawi dan aspek rohani. Di sisi duniawi, peristiwa kematian menimbulkan dukacita yang mendalam, karena perasaan kehilangan seseorang yang sangat dikasihinya. Sedang di sisi rohani, merasa sukacita karena orang yang dikasihi tersebut sudah berada di Firdaus, di kawasan sorgawi bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Untuk dapat mencapi sikap batin semacam ini, diperlukan penghayatan hidup yang tidak lagi didominasi oleh keinginan daging, melainkan oleh keinginan yang dibimbing oleh Roh. Seperti yang dinyatakan oleh firman Tuhan dalam Yoh 3:6-7 demikian: Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Aku brkata kepadamu; Kamu harus dilahirkan kembali.
Peristiwa kematian dapat difahami sebagai peristiwa perkabungan, sekaligus sebagai peristiwa syukuran. Hal ini tergantung tingkat kedewasaan iman seseorang. Meskipun keluarga yang ditinggalkan almarhum sangat mengasihi almarhum, namun alangkah indahnya bilamana peristiwa tersebut dapat cenderung difahami sebagai peristiwa syukuran seperti ungkapan Rasul Paulus dalam Filipi 1 : 21b sebagai berikut: Mati adalah keuntungan. Menurut hikmat duniawi sikap batin semacam itu terasa aneh, bahkan dianggap omong kosong. Namun bagi anak-anak Tuhan, mereka sudah terpisah dari hikmat duniawi, seperti yang diucapkan oleh Tuhan Yesus, ketika mendoakan para muridNya di dalam Yoh; 17 : 16. demikian: Mereka bukan dari dunia, seperti Aku bukan dari dunia. Oleh karena itu, bagi anak-anak Tuhan sikap itu sudah seharusnya menjadi sikap yang BAKU. Amin. (Siswoyo Wil. KB).
Perjalanan Pelayanan Kasih Komisi Wanita di Lombok

Sebelum terlaksananya perjalanan ini, ada proses panjang yang harus dilalui, bukan hanya oleh panitia, tetapi juga peserta. Peserta sudah harus menyisihkan uang/menabung untuk dapat mengikuti “Pelayanan Kasih” sambil wisata ini. Sedangkan panitia selain harus mencari "relasi" di Lombok sana, juga harus mencaridana untuk acara ini. Karena kami tidak mau pergi jauh-jauh tanpa membawa tanda kasih buat saudara-saudara yang akan kita kunjungi di sana.
Hampir setiap minggu, KW mencari dana dengan berjualan. Calon pesertapun sudah mulai mendaftar dan menabung sejak awal tahun karena tidak sedikit biaya yang diperlukan untuk perjalanan jauh ini. Kegiatan mencari dana sempat terhenti karena ada satu program kerja yang harus dilaksankan sebelum acara ke Lombok, yaitu BAKSOS LEBARAN : berjualan sembako dengan harga murah bagi masyarakat lingkungan gereja dalam rangka menyambut lebaran. Kegiatan inipun membutuhkan dana yang tidak sedikit. Komisi wanita mengadakan bazar untuk mendukung dana baksos. PujiTuhan, selain hasil bazar yang luarbiasa, ada beberapa donatur yang turut serta mendukung, sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar.
Kembali ke rencana perjalanan ke Lombok. Setelah mendapat jalur, makaibu David selaku ketua Komisi Wanita menghubungi Bp I Ketut Sugiyarta yang bertempat tinggal di Mataram. Selain menjadi bendahara di GPIB Imanuel Mataram, Beliau adalah salah satu pengurus sinode di sana. Setelah mendapat info lengkap, baik mengena itempat penginapan, gereja yang akan dikunjungi sertapanti asuhan yang perlu dibantu di Mataram, maka Bu David dan team segera mempersiapkan segalasesuatunya termasuk membuat permohonan pencairan dana program KW kepada Majelis. Ternyata Bpk I Ketut Sugiyarta ini juga sebagai Operation Manager hotel di Senggigi yakni Hotel Puri Saron. Dengan tidak melewatkan kesempatan, ibu ketua langsung memesan kamar di hotel tersebut untuk tanggal 7-10 September 2013 dengan rencana awal untuk 50 orang dengan harga special tentunya, hingga akhirnya ada 56 peserta karena memang panitia membatasi jumlah peserta. Dan Puji Tuhan kami mendapat paket tour lengkap (makan, guide sdh termasuk) juga kendaraan yang mengantar rombongan selama di Lombok. Tidak lupa untuk tiket pesawat Lion Air pp dipesan jauh-jauh hari .Dua bulan sebelum berangkat paduan suara komisi wanita pun juga terus berlatih setiap hari Kamis untuk persiapan mengisi di gereja Mataram dibawah bimbingan ibu Yani. Seminggu sebelum berangkat pada tgl 1 September 2013 diadakan technical meeting untuk persiapan terakhir bagi peserta. Agar peserta tidak bingung (maklum banyak yg sdh usia lanjut), maka panitia membuat detail acara, tata tertib dan schedule hari per hari, sehingga peserta sudah membaca dan mengerti apa yang harus dilakukan dan dibawa. Sebelum kami laporkan perjalanan ini, tidak ada salahnya jika kita mengenal lebih dulu tentang pulau Lombok. Lombok disini artinya lurus, atau lempeng jawanya. Mereka mengartikan masyarakat Lombok itu memiliki hati yang lurus alias tidak macem-macem. Kalau lombok/cabai di Lombok sebutanya adalah SEBIA (A dibaca E) Pulau ini masuk kedalam wilayah Nusa Tenggara Barat dengan ibukota propinsinya Mataram, terbagi menjadi 5 wilayah. Yaitu Lombok Barat, Tengah, Timur, Utara dan Selatan. Bandar Udaranya terletak di wilayah Lombok Tengah yang wilayahnya tidak banyak air. Sehingga pada musim kemarau ini terasa sekali
Suasana gersang, rumput-rumput kering. Setelah memasuki wilayah Lombok Barat suasana mulai berubah. Rumput dan pepohonan terlihat hijau, banyak kebun kangkung sepanjang jalan. Menurut keterangan pak Komang, pemandu kami, diantara lima wilayah yang ada, Lombok Barat dan Timur yang banyak air dan subur. Demikian sekilas tentang pulau Lombok.Perjalanan Pelayanan Kasih Komisi Wanita di mulai pada hari Sabtu, 7 September 2013 jam 06.00 sudah berkumpul di gereja untuk bersama2 berangkat kebandara dengan menggunakan bis damri. Beberapa ada yang langsung berkumpul di terminal 1a.Pukul 10.55 wib pesawat lion air lepas landas. Perjalanan ditempuh selama 1 jam 55 menit. Karena ada perbedaan waktu 1 jam,maka rombongan tiba di Lombok pukul 12.30 Wita. Setelah urusan bagasi selesai, rombongan sudah ditunggu 2 mini bus yang akan kita pakai selama berada di Lombok dengan pemandunya yakni B’li Pasek dan B’li Komang. Tujuan pertama kita adalah makan siang, perjalanan dari bandara ke RM Yeni Murad butuh waktu 1 jam. Semua peserta sudah pada kelaparan, syukur ibu-ibu di tasnya banyak sangu, mulai keluar kue, biscuit, dari tas masing-masing. Lumayan buat “ngganjel” sebelum sampai restoran. Maklum jam 5 udah pada berangkat ke gereja. Sampai rumah makan aroma ayam bakar taliwang, tahu+tempe goreng, p’lecing kangkung, ikan bumbu kuning dan sayur kacang kedele hitam namanya LEBUI (e lemah) sudah menggoda. Langsung di serbu rombongan yang sudah nahan lapar dari pagi. Menu itulah yang hamper setiap hari kami makan selama berada di Lombok.
Selesai makan, bis berangkat menuju ke penginapan yaitu Hotel PuriSaron di daerah Senggigi. Namun panitia memberi surprise, peserta di ajak dulu ke tempat penangkaran dan pembuatan Mutiara yakni GERM PEARL. Biasa ibu-ibu kalau udah liat mutiara, lupa kalau baru hari pertama. Dan baru sadar ternyata mutiara itu mahal karena ditempat ini mutiaranya bersertifikat sehingga terjamin mutunya. Satu jam rasanya gak cukup, akhirnya panitia udah teriak setelah hampir 2 jam ibu-ibu bergelut dengan mutiara. Bus meneruskan perjalanan menuju hotel, setelah pembagian kamar (sekamar bertiga), peserta masuk kamar, mandi dan lanjut ke ruang makan utk makan malam, setelah makan malam peserta yang ikut padus mulai latihan (untuk mengisi ibadah esok), yang tidak ikut nge-pack barang-barang yang sudah dikumpulkan peserta untuk dibawa ke Panti Asuhan.
Hari kedua jam 04.00 wita peserta harus sudah bangun, mandi dan sarapan, karena jam 05.15 bis sudah harus bergerak menuju ke gereja GPIB Imanuel Mataram untuk mengikuti kebaktian jam 06.00. Dipimpin Bpk Pdt. Lusindo YL Tobing, tata Ibadah dengan tema "Beriman Dan Hidup Tertib Ditengah Perbedaan" yang sudah disiapkan oleh Presbiter berlangsung hingga pukul 07.30. Sebelum doa epiklese paduan suara Komisi Wanita melantunkan pujian yang berjudul Sungguh Besar. Dan sesudah doa syafaat kembali di lantunkan pujian berjudul Mazmur 133. Usai ibadah disambung ramah tamah sebentar dan pemberian cinderamata dan sumbanganKasih berupa uang titipan salah satu Group Paduan Suara di Nehemia sejumlah Rp. 5.000.000,-yang diserahkan langsung oleh salah satu anggota Padus tersebut.
Maka perjalanan berlanjut kepanti asuhan PATMOS Mataram yang terletak di jl Abdullah bin Abdul Kadir Munsyio no 20 Punia. Panti asuhan ini ada di bawah naungan Yayasan Sumber Kasih. Di sini terdapat 40 anak yang menjadi tanggungan dengan usia SD sampai mahasiswa. Beberapa anak ada yang masih mempunyai orang tua,tapi karena tidak mampu,maka melalui panti asuhan inilah mereka bisa melanjutkan sekolahnya, ada juga yg kuliah di kedokteran. Di panti ini Komisi Wanita menyerahkan Sumbangan Kasih berupa uang sejumlah Rp. 10.000.000 dan 15 dos berupa mie instan, alat tulis dan alat mandi juga kue. Sumbangan diserahkan kepada ibu Soewarso selaku pimpinan Panti Asuhan Patmos Mataram. Acara di panti penuh sukacita karena di buat tidak formal, lebih pada perkenalan dan menanyakan cita2 kepada anak2 yang hadir dan kebanyakan menjawab pengen jadi dokter, ada juga bidan, guru, dan designer terkenal. Ada juga yang pengen jadi Pendeta. Mari kita dukung cita2 anak2 tersebut melalui doa. Renungan yang dibawakan PdtLusindo amat kooperatif karena dibawakan dengan game, sehingga menambah sukacita semuanya. Acara di panti asuhan berakhir jam 11.30.
Dari Panti kami makan siang di restoran TALIWANG IRAMA di kampung Karang Taliwang. Oh ya di setiap restoran itu didepannya pasti ada yang jualan mutiara dan selalu di kerumuni ibu2.. setelah makan siang, kami diajak ke Taman NARADA yang katanya merupakan replica dari gunung Rinjani. Dimana terdapat air yang konon bias membuat orang awet muda jika mencuci muka/minum air tersebut. Sebagian ikut keliling taman atau replika itu sebagian lebih memilih duduk dibawah pohon sambil makan rujak khas Lombok dan es krim. Ada juga yang tetep kerumunin penjual asesories mutiara. Sebelum kembali ke hotel, bis mampir di toko oleh2. Makanan khas Lombok seperti dodol dan manisan dari rumput laut, aneka madu, obat gosok dan terasi yang tentunya mempunyai rasa dan aroma yang berbeda dengan daerah lain. Hari ketiga jam 08.00 bis bergerak selama 1 jam menuju pelabuhan kodek untuk menyebrang ke Gil iTrawangan. Ditempuh dengan naik perahu selama 30 menit kita sampai di GILI TRAWANGAN. Indah sekali pemandangan sepanjang Senggigi hingga kepelabuhan Kodek Malibu itu. Selain pantai yg luar biasa juga ada kebun kelapa disepanjang jalan. Laut yang jernih begitu tenang ketika kita menyeberang. Sampai di Gili, acara bebas. Ada yang mau jalan2, naik Cidomo (dokar tapi pakai ban mobil) keliling pulau dan naik glass boat untuk melihat keindahan bawah air melalui kaca yang ada di bawah perahu. Ada juga 2 org ibu yang "snorkeling" untuk lebih puas melihat ikan dan terumbu karang yang ada di perairan itu. Untuk diketahui perbandingan turis asing dan domestik disana lebih didominasi oleh turis asing. Jadi serasa sedang "ke luar negri" deh..... Di Gili (yang berarti pulau kecil) untuk transportasi hanya ada sepeda dan cidomo. Jadi tidak ada asap knalpot dan suara kendaraan bermotor di tempat itu.
Setelah makan siang, kami bersiap untuk menyeberang kembali ke pelabuhan Kodek. Sebenarnya belum puas, tapi karena kalau kesorean ombak di perairan itu akan semakin besar (jadi takut). Sesampai kembali ke pelabuhan Kodek, segera berpindah ke bis karena akan melanjutkan perjalanan kasih ke GKII yang ada di kota Mataram. Cukup jauh perjalanan. Sampailah kami di depan sebuah gereja yang masih dalam tahap pembangunan (katanya gereja "sekeng".....tapi koq bisa mbangun??). Eh.... Ternyata gereja yang dimaksud ada disebelahnya, yang hanya berupa rumah biasa, tanpa papan nama. Di situlah Gereja Kemah Injili Indonesia Jemaat Rhema, untuk sementara beribadah. Sebelumnya mereka beribadah di ruko. Setelah habis masa kontraknya, tidak boleh diperpanjang lagi. Maka ketika ada salah satu warganya yang mempunyai rumah dan mengijinkan untuk dipakai beribadah, jadilah mereka beribadah dirumah sederhana itu. Jemaatnya pun baru sekitar 90 orang. Puji Tuhan serta Syukur karena kami di tuntun ke gereja ini. Mereka sedang bergumul dan setiap jam 4 sore mereka berkumpul untuk berdoa agar dapat membangun tempat ibadah ditanah seluas 12,5 are (125 m2) yang mereka miliki di tempat yang lumayan jauh. Tanda kasih dari kami diamini pak Pendeta Jafar sebagai jawaban doa mereka yang pertama. Setelah menyerah kan Tanda Kasih berupa uang sejumlah Rp. 7.500.000,- Kami kembali ke hotel untuk menikmati sunset dibelakang hotel.
Hari Selasa, 10 September adalah kami terakhir di Lombok. Setelah sarapan, jam 08.30 diadakan renungan singkat oleh Pak Lusindo. Setelah pamitan, kami dilepas oleh Bapak I Ketut Sugiyarta sebagai orang nomor satu di hotel tempat kami menginap untuk melanjutkan acara dan kembali ke Jakarta. Setelah semua koper masuk ke bis, perjalanan menuju ke tempat pembuatan tenun dan songket PANJISARI. Kami belajar menenun (rumit ternyata, pantesan mahal), tapi ternyata bisa ditawar. Kemudian kami berpindah ke desa Sasak, yang merupakan kawasan rumah tradisional di Lombok. Mereka membuat lantai dari tanah lumpur dan untuk melapisinya menggunakan kotoran kerbau. Pekerjaan mereka adalah petani, sedangkan para perempuannya menenun. Jadi hampir disetiap rumah menawarkan tenun hasil karya mereka. Lanjut lagi perjalanan kearah pantai Kuta Lombok, yang katanya indah sekali dan mempunyai pasir putih seperti ketumbar. (ibu-ibu pada bawa pakai botol aqua) Sebelum kepantai kami makan siang dulu, sekitar jam 13.00 baru tiba di pinggir pantai. Panassssss, tapi indah, sehingga sudah tak terpikir panasnya. Sekitar satu jam kami menikmati keindahan pantai berpasir putih seperti ketumbar itu. Berfoto serasa tidak capek dan panas.
Itulah perjalanan terakhir di Lombok. Dari Pantai Kuta kami bergerak menuju Bandara lagi untuk kembali ke Jakarta. Walaupun pesawat sempat delay, tapi sukacita karena sudah melakukan Perjalanan Pelayanan Kasih ini dengan penuh sukacita. Bukan sekedar berwisata, tapi berbagi, seperti thema kami “Merdeka untuk berbagi”. Bukan juga ingin berbagi kasih mencari lokasi yang jauh, tetapi memang rencana perjalanan ini sudah direncanakan dari tahun lalu. Jadi dua hal yang tidak terpisahkan... Selamat tinggal Lombok. Mudah-mudahan di tahun-tahun yang akan datang Komisi Wanita tetap bias melakukan Pelayanan Kasih dengan lebih banyak lagi pesertanya dan tepat sasaran serta menjadi berkat buat orang banyak. Mari menabung dari sekarang. Terimakasih Tuhan! Laporan oleh EST & IS.
Hampir setiap minggu, KW mencari dana dengan berjualan. Calon pesertapun sudah mulai mendaftar dan menabung sejak awal tahun karena tidak sedikit biaya yang diperlukan untuk perjalanan jauh ini. Kegiatan mencari dana sempat terhenti karena ada satu program kerja yang harus dilaksankan sebelum acara ke Lombok, yaitu BAKSOS LEBARAN : berjualan sembako dengan harga murah bagi masyarakat lingkungan gereja dalam rangka menyambut lebaran. Kegiatan inipun membutuhkan dana yang tidak sedikit. Komisi wanita mengadakan bazar untuk mendukung dana baksos. PujiTuhan, selain hasil bazar yang luarbiasa, ada beberapa donatur yang turut serta mendukung, sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar.
Kembali ke rencana perjalanan ke Lombok. Setelah mendapat jalur, makaibu David selaku ketua Komisi Wanita menghubungi Bp I Ketut Sugiyarta yang bertempat tinggal di Mataram. Selain menjadi bendahara di GPIB Imanuel Mataram, Beliau adalah salah satu pengurus sinode di sana. Setelah mendapat info lengkap, baik mengena itempat penginapan, gereja yang akan dikunjungi sertapanti asuhan yang perlu dibantu di Mataram, maka Bu David dan team segera mempersiapkan segalasesuatunya termasuk membuat permohonan pencairan dana program KW kepada Majelis. Ternyata Bpk I Ketut Sugiyarta ini juga sebagai Operation Manager hotel di Senggigi yakni Hotel Puri Saron. Dengan tidak melewatkan kesempatan, ibu ketua langsung memesan kamar di hotel tersebut untuk tanggal 7-10 September 2013 dengan rencana awal untuk 50 orang dengan harga special tentunya, hingga akhirnya ada 56 peserta karena memang panitia membatasi jumlah peserta. Dan Puji Tuhan kami mendapat paket tour lengkap (makan, guide sdh termasuk) juga kendaraan yang mengantar rombongan selama di Lombok. Tidak lupa untuk tiket pesawat Lion Air pp dipesan jauh-jauh hari .Dua bulan sebelum berangkat paduan suara komisi wanita pun juga terus berlatih setiap hari Kamis untuk persiapan mengisi di gereja Mataram dibawah bimbingan ibu Yani. Seminggu sebelum berangkat pada tgl 1 September 2013 diadakan technical meeting untuk persiapan terakhir bagi peserta. Agar peserta tidak bingung (maklum banyak yg sdh usia lanjut), maka panitia membuat detail acara, tata tertib dan schedule hari per hari, sehingga peserta sudah membaca dan mengerti apa yang harus dilakukan dan dibawa. Sebelum kami laporkan perjalanan ini, tidak ada salahnya jika kita mengenal lebih dulu tentang pulau Lombok. Lombok disini artinya lurus, atau lempeng jawanya. Mereka mengartikan masyarakat Lombok itu memiliki hati yang lurus alias tidak macem-macem. Kalau lombok/cabai di Lombok sebutanya adalah SEBIA (A dibaca E) Pulau ini masuk kedalam wilayah Nusa Tenggara Barat dengan ibukota propinsinya Mataram, terbagi menjadi 5 wilayah. Yaitu Lombok Barat, Tengah, Timur, Utara dan Selatan. Bandar Udaranya terletak di wilayah Lombok Tengah yang wilayahnya tidak banyak air. Sehingga pada musim kemarau ini terasa sekali
Suasana gersang, rumput-rumput kering. Setelah memasuki wilayah Lombok Barat suasana mulai berubah. Rumput dan pepohonan terlihat hijau, banyak kebun kangkung sepanjang jalan. Menurut keterangan pak Komang, pemandu kami, diantara lima wilayah yang ada, Lombok Barat dan Timur yang banyak air dan subur. Demikian sekilas tentang pulau Lombok.Perjalanan Pelayanan Kasih Komisi Wanita di mulai pada hari Sabtu, 7 September 2013 jam 06.00 sudah berkumpul di gereja untuk bersama2 berangkat kebandara dengan menggunakan bis damri. Beberapa ada yang langsung berkumpul di terminal 1a.Pukul 10.55 wib pesawat lion air lepas landas. Perjalanan ditempuh selama 1 jam 55 menit. Karena ada perbedaan waktu 1 jam,maka rombongan tiba di Lombok pukul 12.30 Wita. Setelah urusan bagasi selesai, rombongan sudah ditunggu 2 mini bus yang akan kita pakai selama berada di Lombok dengan pemandunya yakni B’li Pasek dan B’li Komang. Tujuan pertama kita adalah makan siang, perjalanan dari bandara ke RM Yeni Murad butuh waktu 1 jam. Semua peserta sudah pada kelaparan, syukur ibu-ibu di tasnya banyak sangu, mulai keluar kue, biscuit, dari tas masing-masing. Lumayan buat “ngganjel” sebelum sampai restoran. Maklum jam 5 udah pada berangkat ke gereja. Sampai rumah makan aroma ayam bakar taliwang, tahu+tempe goreng, p’lecing kangkung, ikan bumbu kuning dan sayur kacang kedele hitam namanya LEBUI (e lemah) sudah menggoda. Langsung di serbu rombongan yang sudah nahan lapar dari pagi. Menu itulah yang hamper setiap hari kami makan selama berada di Lombok.
Selesai makan, bis berangkat menuju ke penginapan yaitu Hotel PuriSaron di daerah Senggigi. Namun panitia memberi surprise, peserta di ajak dulu ke tempat penangkaran dan pembuatan Mutiara yakni GERM PEARL. Biasa ibu-ibu kalau udah liat mutiara, lupa kalau baru hari pertama. Dan baru sadar ternyata mutiara itu mahal karena ditempat ini mutiaranya bersertifikat sehingga terjamin mutunya. Satu jam rasanya gak cukup, akhirnya panitia udah teriak setelah hampir 2 jam ibu-ibu bergelut dengan mutiara. Bus meneruskan perjalanan menuju hotel, setelah pembagian kamar (sekamar bertiga), peserta masuk kamar, mandi dan lanjut ke ruang makan utk makan malam, setelah makan malam peserta yang ikut padus mulai latihan (untuk mengisi ibadah esok), yang tidak ikut nge-pack barang-barang yang sudah dikumpulkan peserta untuk dibawa ke Panti Asuhan.
Hari kedua jam 04.00 wita peserta harus sudah bangun, mandi dan sarapan, karena jam 05.15 bis sudah harus bergerak menuju ke gereja GPIB Imanuel Mataram untuk mengikuti kebaktian jam 06.00. Dipimpin Bpk Pdt. Lusindo YL Tobing, tata Ibadah dengan tema "Beriman Dan Hidup Tertib Ditengah Perbedaan" yang sudah disiapkan oleh Presbiter berlangsung hingga pukul 07.30. Sebelum doa epiklese paduan suara Komisi Wanita melantunkan pujian yang berjudul Sungguh Besar. Dan sesudah doa syafaat kembali di lantunkan pujian berjudul Mazmur 133. Usai ibadah disambung ramah tamah sebentar dan pemberian cinderamata dan sumbanganKasih berupa uang titipan salah satu Group Paduan Suara di Nehemia sejumlah Rp. 5.000.000,-yang diserahkan langsung oleh salah satu anggota Padus tersebut.
Maka perjalanan berlanjut kepanti asuhan PATMOS Mataram yang terletak di jl Abdullah bin Abdul Kadir Munsyio no 20 Punia. Panti asuhan ini ada di bawah naungan Yayasan Sumber Kasih. Di sini terdapat 40 anak yang menjadi tanggungan dengan usia SD sampai mahasiswa. Beberapa anak ada yang masih mempunyai orang tua,tapi karena tidak mampu,maka melalui panti asuhan inilah mereka bisa melanjutkan sekolahnya, ada juga yg kuliah di kedokteran. Di panti ini Komisi Wanita menyerahkan Sumbangan Kasih berupa uang sejumlah Rp. 10.000.000 dan 15 dos berupa mie instan, alat tulis dan alat mandi juga kue. Sumbangan diserahkan kepada ibu Soewarso selaku pimpinan Panti Asuhan Patmos Mataram. Acara di panti penuh sukacita karena di buat tidak formal, lebih pada perkenalan dan menanyakan cita2 kepada anak2 yang hadir dan kebanyakan menjawab pengen jadi dokter, ada juga bidan, guru, dan designer terkenal. Ada juga yang pengen jadi Pendeta. Mari kita dukung cita2 anak2 tersebut melalui doa. Renungan yang dibawakan PdtLusindo amat kooperatif karena dibawakan dengan game, sehingga menambah sukacita semuanya. Acara di panti asuhan berakhir jam 11.30.
Dari Panti kami makan siang di restoran TALIWANG IRAMA di kampung Karang Taliwang. Oh ya di setiap restoran itu didepannya pasti ada yang jualan mutiara dan selalu di kerumuni ibu2.. setelah makan siang, kami diajak ke Taman NARADA yang katanya merupakan replica dari gunung Rinjani. Dimana terdapat air yang konon bias membuat orang awet muda jika mencuci muka/minum air tersebut. Sebagian ikut keliling taman atau replika itu sebagian lebih memilih duduk dibawah pohon sambil makan rujak khas Lombok dan es krim. Ada juga yang tetep kerumunin penjual asesories mutiara. Sebelum kembali ke hotel, bis mampir di toko oleh2. Makanan khas Lombok seperti dodol dan manisan dari rumput laut, aneka madu, obat gosok dan terasi yang tentunya mempunyai rasa dan aroma yang berbeda dengan daerah lain. Hari ketiga jam 08.00 bis bergerak selama 1 jam menuju pelabuhan kodek untuk menyebrang ke Gil iTrawangan. Ditempuh dengan naik perahu selama 30 menit kita sampai di GILI TRAWANGAN. Indah sekali pemandangan sepanjang Senggigi hingga kepelabuhan Kodek Malibu itu. Selain pantai yg luar biasa juga ada kebun kelapa disepanjang jalan. Laut yang jernih begitu tenang ketika kita menyeberang. Sampai di Gili, acara bebas. Ada yang mau jalan2, naik Cidomo (dokar tapi pakai ban mobil) keliling pulau dan naik glass boat untuk melihat keindahan bawah air melalui kaca yang ada di bawah perahu. Ada juga 2 org ibu yang "snorkeling" untuk lebih puas melihat ikan dan terumbu karang yang ada di perairan itu. Untuk diketahui perbandingan turis asing dan domestik disana lebih didominasi oleh turis asing. Jadi serasa sedang "ke luar negri" deh..... Di Gili (yang berarti pulau kecil) untuk transportasi hanya ada sepeda dan cidomo. Jadi tidak ada asap knalpot dan suara kendaraan bermotor di tempat itu.
Setelah makan siang, kami bersiap untuk menyeberang kembali ke pelabuhan Kodek. Sebenarnya belum puas, tapi karena kalau kesorean ombak di perairan itu akan semakin besar (jadi takut). Sesampai kembali ke pelabuhan Kodek, segera berpindah ke bis karena akan melanjutkan perjalanan kasih ke GKII yang ada di kota Mataram. Cukup jauh perjalanan. Sampailah kami di depan sebuah gereja yang masih dalam tahap pembangunan (katanya gereja "sekeng".....tapi koq bisa mbangun??). Eh.... Ternyata gereja yang dimaksud ada disebelahnya, yang hanya berupa rumah biasa, tanpa papan nama. Di situlah Gereja Kemah Injili Indonesia Jemaat Rhema, untuk sementara beribadah. Sebelumnya mereka beribadah di ruko. Setelah habis masa kontraknya, tidak boleh diperpanjang lagi. Maka ketika ada salah satu warganya yang mempunyai rumah dan mengijinkan untuk dipakai beribadah, jadilah mereka beribadah dirumah sederhana itu. Jemaatnya pun baru sekitar 90 orang. Puji Tuhan serta Syukur karena kami di tuntun ke gereja ini. Mereka sedang bergumul dan setiap jam 4 sore mereka berkumpul untuk berdoa agar dapat membangun tempat ibadah ditanah seluas 12,5 are (125 m2) yang mereka miliki di tempat yang lumayan jauh. Tanda kasih dari kami diamini pak Pendeta Jafar sebagai jawaban doa mereka yang pertama. Setelah menyerah kan Tanda Kasih berupa uang sejumlah Rp. 7.500.000,- Kami kembali ke hotel untuk menikmati sunset dibelakang hotel.
Hari Selasa, 10 September adalah kami terakhir di Lombok. Setelah sarapan, jam 08.30 diadakan renungan singkat oleh Pak Lusindo. Setelah pamitan, kami dilepas oleh Bapak I Ketut Sugiyarta sebagai orang nomor satu di hotel tempat kami menginap untuk melanjutkan acara dan kembali ke Jakarta. Setelah semua koper masuk ke bis, perjalanan menuju ke tempat pembuatan tenun dan songket PANJISARI. Kami belajar menenun (rumit ternyata, pantesan mahal), tapi ternyata bisa ditawar. Kemudian kami berpindah ke desa Sasak, yang merupakan kawasan rumah tradisional di Lombok. Mereka membuat lantai dari tanah lumpur dan untuk melapisinya menggunakan kotoran kerbau. Pekerjaan mereka adalah petani, sedangkan para perempuannya menenun. Jadi hampir disetiap rumah menawarkan tenun hasil karya mereka. Lanjut lagi perjalanan kearah pantai Kuta Lombok, yang katanya indah sekali dan mempunyai pasir putih seperti ketumbar. (ibu-ibu pada bawa pakai botol aqua) Sebelum kepantai kami makan siang dulu, sekitar jam 13.00 baru tiba di pinggir pantai. Panassssss, tapi indah, sehingga sudah tak terpikir panasnya. Sekitar satu jam kami menikmati keindahan pantai berpasir putih seperti ketumbar itu. Berfoto serasa tidak capek dan panas.
Itulah perjalanan terakhir di Lombok. Dari Pantai Kuta kami bergerak menuju Bandara lagi untuk kembali ke Jakarta. Walaupun pesawat sempat delay, tapi sukacita karena sudah melakukan Perjalanan Pelayanan Kasih ini dengan penuh sukacita. Bukan sekedar berwisata, tapi berbagi, seperti thema kami “Merdeka untuk berbagi”. Bukan juga ingin berbagi kasih mencari lokasi yang jauh, tetapi memang rencana perjalanan ini sudah direncanakan dari tahun lalu. Jadi dua hal yang tidak terpisahkan... Selamat tinggal Lombok. Mudah-mudahan di tahun-tahun yang akan datang Komisi Wanita tetap bias melakukan Pelayanan Kasih dengan lebih banyak lagi pesertanya dan tepat sasaran serta menjadi berkat buat orang banyak. Mari menabung dari sekarang. Terimakasih Tuhan! Laporan oleh EST & IS.
Retreat Majelis

Jumat siang 26 Juli 2013 masih di bulan puasa, terjadi kesibukan kecil di ruang konsistori gereja yang tidak seperti biasanya. Siang itu cuaca sangat bersahabat, tanpa mendung apalagi hujan. Para majelis dengan baju kasual beserta pendeta telah berkumpul dan siap untuk berangkat. Setelah berdoa mohon penyertaan Tuhan Yesus dalam perjalanan sampai ke tujuan, dua orang pendeta, yaitu Pdt Samuel B Haryanto dan Pdt. Agus Hendratmo mempersiapkan diri menjadi driver untuk membawa para majelis dengan segala perlengkapannya bersama dengan beberapa kendaraan majelis lain berangkat menuju ke Berkat Anugerah Resort, Gunung Geulis, Bogor.
Retreat Majelis ini dilaksanakan karena sudah beberapa waktu lamanya terhenti karena sesuatu dan lain hal. Berdasar keputusan Rapat Majelis Lengkap bulan Juni 2013 ditunjuk Tim Kecil untuk mengurus pelaksanaan retreat ini dan dipilhlah lokasi di Gunung Geulis. Ditetapkan pula dilaksanakan bertepatan dengan bulan puasa untuk menghindari kemacetan di jalan, termasuk jalanan di kawasan Puncak. Retreat Majelis GKJ Nehemia kali ini dilaksanakan dengan mengambil Tema “YA, DENGAN SEPENUH HATI” (Ulangan 18 : 5 – 7). Dengan harapan melalui kegiatan retreat ini akan dapat meningkatkan rasa kebersamaan dari para majelis dan para pendeta untuk melaksanakan pelayanan kepada Tuhan dengan lebih baik.
Siang di hari pertama tanggal 26 Juli 2013, kegiatan diawali dengan registrasi dan pembagian kamar, dilanjutkan dengan acara untuk Persiapan Sesi I dan Sesi II. Persiapan Sesi I dan Sesi II ini meliputi kegiatan membagi majelis menjadi 4 (empat) kelompok dan menunjuk Koordinatornya masing-masing, menentukan nama Kelompok dengan yel-yelnya dan menyiapkan satu Lagu persembahan pujian pada saat Ibadah Pembukaan dan Ibadah Penutup. Pada setiap Ibadah 2 Kelompok majelis mempersembahkan satu Lagu Pujian. Di samping itu, setiap kelompok juga harus menyiapkan satu tugas untuk dikerjakan oleh kelompok lain pada sesi II di hari kedua. Sambutan Ketua Majelis GKJ Nehemia Dkn Andreas Hutomo mengawali Ibadah Pembukaan yang dipimpin Pdt Samuel B Haryanto dan diteruskan IMAMA (Istirahat dan Makan Malam) setelah ibadah selesai.
Pada pukul 20.00-22.00 kegiatan Sharing: “YA, DENGAN SEPENUH HATI” dipimpin secara Panel oleh Pdt. Samuel, Pdt. Lusindo dan Pdt. Agus, serta Ketua Majelis. Dalam kegiatan ini, keempat kelompok masing-masing membahas 4 tulisan singkat yang telah disiapkan oleh Tim Kecil, dengan judul sebagai berikut:
1. Menjadi Umat Allah Yang Berkualitas;
2. Aktivitas Sebagai Ibadah;
3. Merawat Jemaat; dan
4. Bersukacita Melayani Dengan Saling Berbagi.
Tulisan pertama, berjudul Menjadi Umat Allah Yang Berkualitas mendasarkan pada Firman Tuhan yang diambil dari Ulangan 7 : 7-8. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengangkat tentang kisah bangsa Israel yang dibawa ke luar dari rumah perbudakan oleh karena Tuhan mengasihi bangsa ini. Sebagai mantan budak, kita ketahui bersama bahwa pasti mereka tidak mempunyai kemampuan atau kompetensi di bidang pertahanan/strategi untuk memenangkan perang sebagai bangsa yang berdaulat, tanpa mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan pemerintahan dsb. Dengan pimpinan dan penyertaan Tuhan, bangsa yang minoritas di tengah-tengah bangsa-bangsa di Palestina, bangsa Israel yang mudah mengeluh, putus asa bermental budak telah mendapat “pelatihan” dari Tuhan di sepanjang perjalanan selama di gurun untuk disiapkan menjadi bangsa yang berkualitas dan mejadi pemenang serta mempunyai Visi ke depan. Hal penting yang perlu diingat adalah: Kasih dan kesetiaan Allah kepada umatNya tidak pernah berubah; Rencana besar Allah untuk keselamatan seluruh bangsa di dunia melalui bangsa Israel; Respon terhadap Kasih dan Setia Allah adalah taat pada kehendakNya. Selanjutnya Israel baru harus mampu hidup taat seturut dengan kehendak Tuhan sebagaimana telah diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus, menjadi berkat bagi sesama dan meskipun kita minoritas tetap dapat menjadi umat Allah yang berkualitas. Tulisan kedua, berjudul Aktivitas Sebagai Ibadah mendasarkan pada Firman Tuhan yang diambil dari Kolose 3: 23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
Penulis mencoba mengangkat aktivitas kita setiap hari, mulai dari aktivitas di kehidupan rumah tangga, aktivitas dalam pekerjaan di luar rumah seperti di kantor atau kegiatan bisnis atau kegiatan lain sampai dengan aktivitas pelayanan bagi Tuhan. Semua aktivitas yang kita lakukan merupakan suatu bentuk ibadah, bukan sekedar aktualisasi diri atau pelayanan bagi sesama. Semua aktivitas baik pekerjaan maupun pelayanan perlu dikelola dengan kesiapan hati agar dapat dilaksanakan dengan baik. Sang penulis bersama salah seorang rekan pelayanan merasakan berkat Tuhan Yesus yang telah diterima sungguh tidak terhitung/tidak ternilai, sehingga kita jangan berpikir-pikir dulu untuk melakukan pelayanan untuk Kristus. Dalam melaksanakan tugas pelayanan sering menghadapi tantangan dan hambatan yang menghalangi untuk memaksimalkan diri.
Dengan berkat dan anugerah dan penyertaan Tuhan, kita dilayakkan dan dikuatkan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan yang ada. Disamping itu dengan cara berbagi dan saling mendukung serta mendoakan untuk mencari solusi nyata atas tantangan yang dihadapi. Gunakan setiap kesempatan yang ada pada setiap hari agar menjadikan segala aktivitas sebagai sebuah ibadah yang besar kepada Tuhan. Tulisan ketiga, berjudul Merawat Jemaat. Dalam tulisan singkat ini sang penulis mengangkat sharing hasil beberapa kali kunjungan kepada seorang Ibu Adiyuswa yang mempunyai keluarga besar di kota Cilacap. Sebagian keluarganya termasuk saudara kandungnya telah meninggalkan Tuhan Yesus, padahal semula orang tua, paman dan bibinya lah yang telah menjadi Kristen. Ibu ini meyakini tentang keselamatan yang dijanjikan Tuhan dan kelak akan tinggal bersama Tuhan Yesus dalam kehidupan kekal.
Berdasarkan hasil kunjungan tersebut, tampak kehidupan keluarga Ibu itu penuh toleransi, bahagia dan hidup rukun meskipun anak cucu berbeda keyakinan. Keluarga sangat baik dan menyayangi Ibu tersebut. Penulis senantiasa berdoa kiranya teladan dan kesaksian hidup Ibu ini dapat membawa keluarganya datang dan peraya kepada Tuhan Yesus Juru Selamat. Hal penting untuk bahan sharing adalah: Kesiapan kita untuk melakukan pelayanan kepada warga jemaat yang sakit dan yang sedang berkabung; Kesiapan kita untuk menolong dengan suka cita tanpa rasa terpaksa dan Kesediaan kita untuk taat menjadi pelaku Firman Tuhan.
Tulisan singkat keempat berjudul “Bersukacita Melayani Dengan Saling Berbagi”. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengangkat bahwa menjadi majelis merupakan tugas panggilan untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yaitu keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaanNya dengan bersekutu, bersaksi dan melayani. Seorang jemaat yang dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan Yesus melalui Pendeta yang meneguhkan, bukan dipilih dan ditetapkan karena alasan seseorang tersebut mempunyai kedudukan istimewa atau kelebihan khusus dibandingkan dengan anggota jemaat yang lain. Kita senantiasa ingat pada saat Tuhan Yesus memilih dan menetapkan Simon Petrus untuk menggembalakan jemaat Tuhan (Yohanes 21:15) dan kita tahu siapa Simon Petrus itu. Sebagai anggota majelis, kita percaya bahwa Tuhan akan menyertai kita, Tuhan tidak akan membiarkan kita, dan tidak akan meninggalkan kita (Yoshua 1:5), dalam melaksanakan tugas pelayanan. Demikian juga dalam hal melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah dibagikan untuk pelayanan di gereja, tugas pelayanan ibadah hari minggu maupun pelayanan jemaat di wilayah masing-masing, termasuk melakukan kunjungan, melaksanakan penghiburan bagi keluarga yang sedang berduka, dan tugas-tugas lainnya bersama majelis wilayah yang lain dan tentu dengan Pendeta. Kita menjadi bagian-bagian pelayanan dari Gereja sebagai tubuh Kristus (Efesus 4:16). Oleh karena itu kita diberikan karunia yang berbeda-beda agar kita dapat menyelesaikan tugas pelayanan kita dengan baik (Roma 12 : 6-8).
Jangan pernah berfikir bahwa jika karunia yang kita miliki hanya sedikit, maka kita tidak perlu melayani atau merasa pelayanan kita tidak memberikan dampak kepada gereja. Hendaknya kita mempersembahkan talenta yang kita miliki sebagai karunia Tuhan (Matius 25:14-30) dan kita persembahkan berkat Tuhan ini untuk melayani Tuhan. Karunia dan talenta berkat Tuhan bisa berbeda, tetapi jangan pernah lupa, ada karunia yang sama persis untuk semua orang di dunia ini tanpa kecuali dan tidak memandang kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, yaitu waktu : 1 menit = 60 detik; 1 jam = 60 menit; 1 hari = 24 jam; seminggu = 7 hari; setahun = 12 bulan. Jangan pernah kita mengatakan nggak punya waktu, karena Sang Pemilik Waktu telah mengaruniakannya kepada kita semua.
Mari kita bersukacita dengan berkat Tuhan yang kita terima untuk melayani dengan berbagi sesuai karunia dan talenta kita untuk menyelesaikan tugas pelayanan dengan baik. Selesai Sesi I, sharing “Ya, Dengan Sepenuh Hati”, ditutup dengan doa istirahat malam. Sebagian majelis masuk kamar untuk beristirahat, sebagian ada yang memanfaatkan waktu untuk pertemuan dan berdiskusi yang melibatkan pendeta, ada pula yang menyalurkan bakat sebagai penyanyi dan ada pula yang berbicang-bincang santai untuk menghabiskan waktu malamnya bahkan sampai dini hari. Kegiatan Hari Kedua, tanggal 27 Juli 2013 pukul 05.30 diawali dengan Doa Fajar, mendengarkan Firman Tuhan dan diakhiri dengan doa berantai masing-masing terdiri atas 3 orang. Sesi II, Permainan “Ya, Dengan Sepenuh Hati” dipandu oleh ketiga Pendeta dan Ketua Majelis merupakan puncak acara retreat. Dalam permainan ini, para majelis kembali terbagi dalam 4 kelompok yang telah ditetapkan dan akan mendapat tugas-tugas yang berkaitan dengan kebersamaan atau berkaitan dengan Firman Tuhan yang dikemas dalam bentuk Permainan. Masing-masing Kelompok secara berurutan akan masuk dalam 4 Pos. Pada setiap Pos, para peserta dalam kelompok akan “dikerjain” dan mendapat satu tugas dari penjaga Pos dan satu tugas tambahan dari Kelompok lain yang telah disiapkan di Kegiatan Persiapan pada hari Pertama. Di sinilah benar-benar lepas seluruh beban para majelis dalam pelayanan sehingga layaknya mendapat kebebasan yang luar biasa. Menyanyi dan berjoged penuh kegembiraan sesuai perintah penjaga Pos sampai lupa bahwa mereka sudah tua bahkan lupa kalau sudah punya cucu he, he . . Pukul 11.00-12.00 Ibadah Penutup dipimpin Pdt Agus Hendratmo dan selesai Ibadah, para Majelis pulaaaang . . . . Sampai bertemu dalam pelayanan “YA, DENGAN SEPENUH HATI’. Diah Wahyuni.
Retreat Majelis ini dilaksanakan karena sudah beberapa waktu lamanya terhenti karena sesuatu dan lain hal. Berdasar keputusan Rapat Majelis Lengkap bulan Juni 2013 ditunjuk Tim Kecil untuk mengurus pelaksanaan retreat ini dan dipilhlah lokasi di Gunung Geulis. Ditetapkan pula dilaksanakan bertepatan dengan bulan puasa untuk menghindari kemacetan di jalan, termasuk jalanan di kawasan Puncak. Retreat Majelis GKJ Nehemia kali ini dilaksanakan dengan mengambil Tema “YA, DENGAN SEPENUH HATI” (Ulangan 18 : 5 – 7). Dengan harapan melalui kegiatan retreat ini akan dapat meningkatkan rasa kebersamaan dari para majelis dan para pendeta untuk melaksanakan pelayanan kepada Tuhan dengan lebih baik.
Siang di hari pertama tanggal 26 Juli 2013, kegiatan diawali dengan registrasi dan pembagian kamar, dilanjutkan dengan acara untuk Persiapan Sesi I dan Sesi II. Persiapan Sesi I dan Sesi II ini meliputi kegiatan membagi majelis menjadi 4 (empat) kelompok dan menunjuk Koordinatornya masing-masing, menentukan nama Kelompok dengan yel-yelnya dan menyiapkan satu Lagu persembahan pujian pada saat Ibadah Pembukaan dan Ibadah Penutup. Pada setiap Ibadah 2 Kelompok majelis mempersembahkan satu Lagu Pujian. Di samping itu, setiap kelompok juga harus menyiapkan satu tugas untuk dikerjakan oleh kelompok lain pada sesi II di hari kedua. Sambutan Ketua Majelis GKJ Nehemia Dkn Andreas Hutomo mengawali Ibadah Pembukaan yang dipimpin Pdt Samuel B Haryanto dan diteruskan IMAMA (Istirahat dan Makan Malam) setelah ibadah selesai.
Pada pukul 20.00-22.00 kegiatan Sharing: “YA, DENGAN SEPENUH HATI” dipimpin secara Panel oleh Pdt. Samuel, Pdt. Lusindo dan Pdt. Agus, serta Ketua Majelis. Dalam kegiatan ini, keempat kelompok masing-masing membahas 4 tulisan singkat yang telah disiapkan oleh Tim Kecil, dengan judul sebagai berikut:
1. Menjadi Umat Allah Yang Berkualitas;
2. Aktivitas Sebagai Ibadah;
3. Merawat Jemaat; dan
4. Bersukacita Melayani Dengan Saling Berbagi.
Tulisan pertama, berjudul Menjadi Umat Allah Yang Berkualitas mendasarkan pada Firman Tuhan yang diambil dari Ulangan 7 : 7-8. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengangkat tentang kisah bangsa Israel yang dibawa ke luar dari rumah perbudakan oleh karena Tuhan mengasihi bangsa ini. Sebagai mantan budak, kita ketahui bersama bahwa pasti mereka tidak mempunyai kemampuan atau kompetensi di bidang pertahanan/strategi untuk memenangkan perang sebagai bangsa yang berdaulat, tanpa mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan pemerintahan dsb. Dengan pimpinan dan penyertaan Tuhan, bangsa yang minoritas di tengah-tengah bangsa-bangsa di Palestina, bangsa Israel yang mudah mengeluh, putus asa bermental budak telah mendapat “pelatihan” dari Tuhan di sepanjang perjalanan selama di gurun untuk disiapkan menjadi bangsa yang berkualitas dan mejadi pemenang serta mempunyai Visi ke depan. Hal penting yang perlu diingat adalah: Kasih dan kesetiaan Allah kepada umatNya tidak pernah berubah; Rencana besar Allah untuk keselamatan seluruh bangsa di dunia melalui bangsa Israel; Respon terhadap Kasih dan Setia Allah adalah taat pada kehendakNya. Selanjutnya Israel baru harus mampu hidup taat seturut dengan kehendak Tuhan sebagaimana telah diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus, menjadi berkat bagi sesama dan meskipun kita minoritas tetap dapat menjadi umat Allah yang berkualitas. Tulisan kedua, berjudul Aktivitas Sebagai Ibadah mendasarkan pada Firman Tuhan yang diambil dari Kolose 3: 23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
Penulis mencoba mengangkat aktivitas kita setiap hari, mulai dari aktivitas di kehidupan rumah tangga, aktivitas dalam pekerjaan di luar rumah seperti di kantor atau kegiatan bisnis atau kegiatan lain sampai dengan aktivitas pelayanan bagi Tuhan. Semua aktivitas yang kita lakukan merupakan suatu bentuk ibadah, bukan sekedar aktualisasi diri atau pelayanan bagi sesama. Semua aktivitas baik pekerjaan maupun pelayanan perlu dikelola dengan kesiapan hati agar dapat dilaksanakan dengan baik. Sang penulis bersama salah seorang rekan pelayanan merasakan berkat Tuhan Yesus yang telah diterima sungguh tidak terhitung/tidak ternilai, sehingga kita jangan berpikir-pikir dulu untuk melakukan pelayanan untuk Kristus. Dalam melaksanakan tugas pelayanan sering menghadapi tantangan dan hambatan yang menghalangi untuk memaksimalkan diri.
Dengan berkat dan anugerah dan penyertaan Tuhan, kita dilayakkan dan dikuatkan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan yang ada. Disamping itu dengan cara berbagi dan saling mendukung serta mendoakan untuk mencari solusi nyata atas tantangan yang dihadapi. Gunakan setiap kesempatan yang ada pada setiap hari agar menjadikan segala aktivitas sebagai sebuah ibadah yang besar kepada Tuhan. Tulisan ketiga, berjudul Merawat Jemaat. Dalam tulisan singkat ini sang penulis mengangkat sharing hasil beberapa kali kunjungan kepada seorang Ibu Adiyuswa yang mempunyai keluarga besar di kota Cilacap. Sebagian keluarganya termasuk saudara kandungnya telah meninggalkan Tuhan Yesus, padahal semula orang tua, paman dan bibinya lah yang telah menjadi Kristen. Ibu ini meyakini tentang keselamatan yang dijanjikan Tuhan dan kelak akan tinggal bersama Tuhan Yesus dalam kehidupan kekal.
Berdasarkan hasil kunjungan tersebut, tampak kehidupan keluarga Ibu itu penuh toleransi, bahagia dan hidup rukun meskipun anak cucu berbeda keyakinan. Keluarga sangat baik dan menyayangi Ibu tersebut. Penulis senantiasa berdoa kiranya teladan dan kesaksian hidup Ibu ini dapat membawa keluarganya datang dan peraya kepada Tuhan Yesus Juru Selamat. Hal penting untuk bahan sharing adalah: Kesiapan kita untuk melakukan pelayanan kepada warga jemaat yang sakit dan yang sedang berkabung; Kesiapan kita untuk menolong dengan suka cita tanpa rasa terpaksa dan Kesediaan kita untuk taat menjadi pelaku Firman Tuhan.
Tulisan singkat keempat berjudul “Bersukacita Melayani Dengan Saling Berbagi”. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengangkat bahwa menjadi majelis merupakan tugas panggilan untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yaitu keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaanNya dengan bersekutu, bersaksi dan melayani. Seorang jemaat yang dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan Yesus melalui Pendeta yang meneguhkan, bukan dipilih dan ditetapkan karena alasan seseorang tersebut mempunyai kedudukan istimewa atau kelebihan khusus dibandingkan dengan anggota jemaat yang lain. Kita senantiasa ingat pada saat Tuhan Yesus memilih dan menetapkan Simon Petrus untuk menggembalakan jemaat Tuhan (Yohanes 21:15) dan kita tahu siapa Simon Petrus itu. Sebagai anggota majelis, kita percaya bahwa Tuhan akan menyertai kita, Tuhan tidak akan membiarkan kita, dan tidak akan meninggalkan kita (Yoshua 1:5), dalam melaksanakan tugas pelayanan. Demikian juga dalam hal melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah dibagikan untuk pelayanan di gereja, tugas pelayanan ibadah hari minggu maupun pelayanan jemaat di wilayah masing-masing, termasuk melakukan kunjungan, melaksanakan penghiburan bagi keluarga yang sedang berduka, dan tugas-tugas lainnya bersama majelis wilayah yang lain dan tentu dengan Pendeta. Kita menjadi bagian-bagian pelayanan dari Gereja sebagai tubuh Kristus (Efesus 4:16). Oleh karena itu kita diberikan karunia yang berbeda-beda agar kita dapat menyelesaikan tugas pelayanan kita dengan baik (Roma 12 : 6-8).
Jangan pernah berfikir bahwa jika karunia yang kita miliki hanya sedikit, maka kita tidak perlu melayani atau merasa pelayanan kita tidak memberikan dampak kepada gereja. Hendaknya kita mempersembahkan talenta yang kita miliki sebagai karunia Tuhan (Matius 25:14-30) dan kita persembahkan berkat Tuhan ini untuk melayani Tuhan. Karunia dan talenta berkat Tuhan bisa berbeda, tetapi jangan pernah lupa, ada karunia yang sama persis untuk semua orang di dunia ini tanpa kecuali dan tidak memandang kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, yaitu waktu : 1 menit = 60 detik; 1 jam = 60 menit; 1 hari = 24 jam; seminggu = 7 hari; setahun = 12 bulan. Jangan pernah kita mengatakan nggak punya waktu, karena Sang Pemilik Waktu telah mengaruniakannya kepada kita semua.
Mari kita bersukacita dengan berkat Tuhan yang kita terima untuk melayani dengan berbagi sesuai karunia dan talenta kita untuk menyelesaikan tugas pelayanan dengan baik. Selesai Sesi I, sharing “Ya, Dengan Sepenuh Hati”, ditutup dengan doa istirahat malam. Sebagian majelis masuk kamar untuk beristirahat, sebagian ada yang memanfaatkan waktu untuk pertemuan dan berdiskusi yang melibatkan pendeta, ada pula yang menyalurkan bakat sebagai penyanyi dan ada pula yang berbicang-bincang santai untuk menghabiskan waktu malamnya bahkan sampai dini hari. Kegiatan Hari Kedua, tanggal 27 Juli 2013 pukul 05.30 diawali dengan Doa Fajar, mendengarkan Firman Tuhan dan diakhiri dengan doa berantai masing-masing terdiri atas 3 orang. Sesi II, Permainan “Ya, Dengan Sepenuh Hati” dipandu oleh ketiga Pendeta dan Ketua Majelis merupakan puncak acara retreat. Dalam permainan ini, para majelis kembali terbagi dalam 4 kelompok yang telah ditetapkan dan akan mendapat tugas-tugas yang berkaitan dengan kebersamaan atau berkaitan dengan Firman Tuhan yang dikemas dalam bentuk Permainan. Masing-masing Kelompok secara berurutan akan masuk dalam 4 Pos. Pada setiap Pos, para peserta dalam kelompok akan “dikerjain” dan mendapat satu tugas dari penjaga Pos dan satu tugas tambahan dari Kelompok lain yang telah disiapkan di Kegiatan Persiapan pada hari Pertama. Di sinilah benar-benar lepas seluruh beban para majelis dalam pelayanan sehingga layaknya mendapat kebebasan yang luar biasa. Menyanyi dan berjoged penuh kegembiraan sesuai perintah penjaga Pos sampai lupa bahwa mereka sudah tua bahkan lupa kalau sudah punya cucu he, he . . Pukul 11.00-12.00 Ibadah Penutup dipimpin Pdt Agus Hendratmo dan selesai Ibadah, para Majelis pulaaaang . . . . Sampai bertemu dalam pelayanan “YA, DENGAN SEPENUH HATI’. Diah Wahyuni.
Ziarah Kubur

Dalam Baoesastra Djawi oleh WJS Poerwadarminta, ziarah diartikan menyang ing papan suci atau pergi ke tempat suci. Ada pula yang mengartikan bahwa ziarah adalah mengunjungi tempat-tempat yang di anggap keramat atau dikeramatkan termasuk kuburan atau makam.
Ziarah ke tanah suci
Seperempat abad belakangan ini beberapa Biro Perjalanan Wisata membaca peluang untuk mengeruk keuntungan finansial dengan membidik orang-orang Kristen yang kebetulan berkantong tebal dan rindu untuk melihat tanah perjanjian dengan menawarkan suatu wisata yang istimewa yang mereka sebut wisata rohani atau wisata spiritual. Dulu sering kita dengar orang-orang Katolik yang sedang bepergian ke Eropa kalau tidak ziarah ke Lourdes disebut kurang afdol, maka kini giliran kawasan Timur Tengah yang menjadi incaran para pengelola Biro Perjalanan Wisata ini. Untuk lebih menarik wisatawan ke Timur Tengah ini Biro Perjalanan menjelaskan betapa pentingnya suatu ziarah bagi orang percaya, bahkan sampai perlu mengutip satu ayat Alkitab: “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.” (Mark.16 : 1)
Dengan dasar ayat tersebut maka mereka dengan gencar mempromosikan untuk napak tilas perjalanan Yesus hingga ziarah ke kubur Yesus, dan ternyata memang banyak yang tertarik. Maka berbondong-bondonglah mereka untuk umroh dalam kelompok masing-masing dengan dipandu oleh seorang Gembala Jemaat. Mereka menawarkan paket 8 hari, 10 hari, 13 hari dst. dan akan dipandu menyusuri rute-rute tertentu sesuai jumlah hari yang ditentukan berikut jumlah biaya yang harus dibayar. Misalnya melalui rute Mesir dengan mengunjungi Gereja Abu Serga (tempat tinggal keluarga kudus sewaktu mengungsi di Mesir), Sinagoge Ben Ezra (Nabi Musa), Hanging Church. Kemudian ke Giza Piramida dan Sphinx, menuju Gurun Sinai melewati Gurun SIN, singgah di Rafidim, Masa dan Meriba (kemah Israel di gurun). Pada dini hari mendaki Gunung Sinai, kembalinya mampir di biara St Catharine dan melihat bekas semak bernyala dan sumur Jethro diteruskan ke perbatasan Israel menuju Yerusalem.
Keesokan paginya melihat gereja Nativity, padang gembala, ke Bukit Zaitun, gereja dan kebun Gethsemane, Gereja Bapa Kami, Dominus Flevit (Yesus menangisi Yerusalem), Gereja St Peter of Galicanthu, Tembok Ratapan, Ein Karim dan gereja Visitation & John the Baptist. Hari berikutnya pagi-pagi sekali Via Dolorosa (melewati Jalan Salib), ke bukit Golgota, Holy Sepulchre (Gereja Makam Kudus), Gereja St Anne dan kolam Bethesda. Kemudian ke Bukit Sion, the Cenacle (Ruang Perjamuan terakhir) dan turunnya Roh Kudus, Gereja Dormition, Makam Raja Daud, ke Jericho, Qumran (gulungan Kitab Suci) dan terapung di Dead Sea (Laut Mati). Hari berikutnya melihat reruntuhan Caesarea, menuju Gunung Carmel, gereja Stella Maris, Murakah (Goa Nabi Eliah) dan Nazareth. Berikutnya ke gereja Cana (untuk memperbaharui janji pernikahan suami isteri), berperahu di danau Galilea, kemudian ke Capernaum, gereja St Peter of Primacy (tempat penampakan Tuhan Yesus setelah kebangkitan), Tabgha (mukjizat 5 keping roti dan 2 ekor ikan), Mount Beatitude (bukit Sabda Bahagia), Yardenit (sungai Yordan) dan Gunung Tabor (tempat Yesus dimuliakan). Hari terakhir ke Tiberias, menuju Amman dan singgah di Gunung Nebo (Nabi Musa) dan kembali ke Tanah Air. Rute ini sudah mencakup seluruh daerah napak tilas untuk ziarah ke Tanah Suci.
Untuk orang yang kebetulan tidak berkantong tebal bisa ziarah di Tanah Air sendiri. Banyak tempat ziarah yang bisa dikunjungi seperti Goa Maria Sendangsono (Muntilan), Goa Maria Sendang Sriningsih (Klaten), Goa Maria Kereb (Ambarawa), Goa Maria Poh Sarang (Kediri), Goa Maria Pulung (Ponorogo), Goa Maria Imakulata (Kaliori, Banyumas),Goa Maria (Gunung Kidul), Goa Maria (Wonogiri) dan goa-goa Maria yang tersebar di seantero Nusantara lengkap dengan jalan salibnya.
Ziarah ke tempat keramat
Banyak tempat yang dianggap keramat oleh orang-orang tertentu yang menjadi tempat tujuan ziarah, seperti dhanyangan (pohon beringin besar dengan mata air dibawahnya) yang hampir ada di setiap desa, walau barangkali sekarang sudah banyak yang ditinggalkan.
Ziarah ke tempat-tempat yang dikeramatkan itu biasanya untuk ngalap berkah (mencari kekayaan, enteng jodoh, naik pangkat dan jabatan), bisa berupa Petilasan (bekas orang bersemedi/meditasi, bertapa), Sendhang (sumber mata air yang berbentuk kolam), Candi (peninggalan kerajaan masa silam) dan Makam orang-orang yang dianggap sakti pada waktunya, antara lain :
Petilasan.
Orang-orang yang berziarah ke tempat ini biasanya mempunyai tujuan agar dagangannya laris, mudah dapat jodoh, kenaikan pangkat dsb.
Kayangan nDlepih (Tirtomoyo, Wonogiri) konon ada watu kambang (batu apung besar) tempat bertapa Panembahan Senopati, namun batu apung itu terbawa banjir beberapa waktu kemudian.
Gunung Giri (Wonogiri) konon Sunan Giri sempat singgah dan bertapa beberapa waktu lamanya.
Bukit Bromo (lereng Gunung Lawu) konon tempat Nyi Ageng Serang bermarkas dan bertapa.
Lokamoksa Sri Aji Jayabaya (Kediri) konon di desa Menang Jayabaya moksa (hilang) ke Nirwana.
Kembang Lampir (Panggang, Gunung Kidul) konon tempat bertapa Ki Gede Pemanahan ketika menerima wahyu Gagak Emprit dan tempat bertapa Panembahan Senopati.
Guwa Sriti (Kalibawang, Kulonprogo) konon tempat rapat para Wali dalam rangka syiar Agama.
Gunung Damar (Bagelen, Purworejo) ada petilasan tempat Sunan Geseng yang sedang bertapa kemudian tumbuh rumput yang tinggi dan dibakar sehingga punggungnya terbakar alias geseng.
Sendhang
Sendhang atau belik merupakan mata air berbentuk kolam, biasanya ada pohon besar yang menaungi seperti pohon beringin sehingga suasananya teduh dan sunyi mencekam.
Biasanya ziarah disini ingin memperoleh sesuatu melalui yang mbaurekso (penguasa) sendang yang berwujud makhluk halus, untuk minta biar awet muda, naik pangkat dan derajat serta kesembuhan dari penyakit yang tak kunjung sembuh.
Sendhang Beji (Kalibawang, Kulonprogo) konon ketika Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya kemudian timbul mata air.
Sendhang Pandhan (Betal, Wonogiri) sendhang ini dipenuhi ikan seperti cendhol, tetapi tak seorangpun berani mengambilnya. Konon yang berani mengambil dan makan ikan ini akan mendapatkan malapetaka bahkan meninggal.
Sendhang Gayam (Wonogiri) sendhang ini hampir menyerupai telaga karena luasnya. Ditepinya tumbuh pohon gayam besar yang sudah ratusan tahun umurnya dan airnya dingin sekali.
Sumur Bandung (Kediri) peninggalan seorang sakti bernama Jaka Bandung, tempat orang mengambil air untuk obat, tumbal dan agar dirinya menjadi sakti.
Sendang Sirah Keteng (Ponorogo) yang luasnya sekitar satu hektar dan konon sumber airnya tembus sampai laut Kidul.
Dan masih banyak sendang-sendang yang tersebar di mana-mana, bahkan banyak pejabat atau petinggi dari Jakarta yang suka kungkum (berendam di sendang waktu tengah malam) sambil minta sesuatu kepada penguasa sendang agar dikabulkan permohonannya untuk naik pangkat dan jabatan.
Candi
Hampir semua peninggalan jaman kerajaan masa lampau yang berupa lingga maupun yoni serta reruntuhan candi yang tersebar di seluruh Nusantara biasanya di ziarahi orang dengan berbagai tujuan, namun tidak lepas dari masalah kekayaan, derajat dan pangkat dsb.
Tempat tersebut antara lain Candi Sukuh (Karanganyar), Candi Kalasan (Yogyakarta), Candi Batujaya (Karawang), Candi Cangkuang (Garut), Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Genthong (Trowulan) Situs Semen, Tondowongso (Kediri) dan candi-candi yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Namun yang dianggap paling keramat dan pantas unyuk di ziarahi justru bagian dari suatu candi yang ditemukan di luar candi seperti lingga, yoni dan reruntuhan bekas candi yang memang tidak terawat sehinga terkesan angker.
Makam atau kuburan
Makam atau kuburan merupakan tujuan ziarah yang paling banyak dikunjungi peziarah.
Tujuannya pun tidak berbeda jauh dengan para peziarah ke petilasan, sendang dan candi angker. Makam para Wali yang tersebar di Pulau Jawa, Makam Pangeran Diponegoro (Makasar), Makam Raja-raja di Imogiri, Makam Sambernyawa di bukit Mangadeg, Makam Raden Patah, Pati Unus (Demak), Makam Pangeran Samodra (Gunung Kemukus, Sragen), Makam Panembahan Bodo (Bantul), Makam Kyai Parak (Parakan), Makam Bonokeling (Banyumas), Makam Banyusumurup (Bantul) konon kerabat keraton dibantai oleh Sunan Amangkurat I, Makam-makam jaman Majapahit (Kediri) dan masih ratusan lagi makam yang dikeramatkan seperti di Gunung Srandil (Cilacap), Makam Balakan (Sukoharjo) dll.
Ziarah kubur
Makam atau kuburan bagi orang Jawa merupakan salah satu tempat yang dikeramatkan sehingga orang yang akan mengunjungi makam harus bersih fisik dan pikiran serta berperilaku sopan. Meski yang akan dikunjungi itu sudah meninggal namun tetap harus dihormati jasadnya. Berperilaku sopan artinya tidak boleh membuat makam itu menjadi kotor seperti membuang kotoran sembarangan, meludah apalagi kencing. Perbuatan seperti itu akan menimbulkan walad atau maladi alias kuwalad, sehingga makam dimaknai sebagai tempat yang keramat. Orang Jawa memahami orang yang meninggal itu sebagai orang yang sedang sare (tidur), oleh karena itu mereka juga menyebut makam sebagai pesarean.
Orang yang sedang sare itu artinya sedang istirahat dan tentu saja tidak boleh diganggu.
Dalam pelaksanaannya, setiap orang yang melakukan ziarah adalah membersihkan makam dengan menyapu daun-daun kering yang gugur, mencabuti rumput bila sudah tumbuh di atas makam.
Jika makam itu di kijing (batu nisan) maka batu nisan itu dibersihkan dengan air sehingga debu dan kotoran yang menempel menjadi bersih. Kemudian menabur bunga yang dibeli di pasar seperti bunga mawar sebagai bunga tabur atau membawa dari rumah kalau ada. Setelah tabur bunga selesai, pelaku ziarah lalu duduk disekitar makam untuk berdoa atau merenung mengenang yang sudah meninggal.
Ada yang berdoa agar arwah yang meninggal diterima di sisi Tuhan, ada yang mohon ketenangan dan kesabaran untuk keluarga yang ditinggalkan dan ada juga yang minta berkah pada orang yang sudah meninggal, sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Ziarah kubur biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu misalnya hari Selasa Kliwon, Jumat Kliwon atau hari lain sesuai dengan kesepakatan keluarga, misalnya kalau mereka mau punya hajat sunatan, perkawinan dsb. Yang biasanya ramai peziarah adalah hari-hari menjelang bulan Puasa atau biasa disebut megengan, atau pada saat Idul Fitri. Karena ziarah pada Idul Fitri diyakini sebagai bentuk silaturahmi antara yang hidup dan yang mati.
Pada ziarah Idul Fitri ini ada bunga khusus yang ditaburkan yaitu bunga selasih. Pelaksanaan ziarah yang dikaitkan dengan tradisi warga setempat misalnya pada bulan Sapar, sebelum ziarah ke makam dilakukan dulu bersih desa atau rasulan, yakni membersihkan lingkungan seperti nawu belik atau membersihkan sumber air, baru kemudian membersihkan makam. Pada sore hari dilakukan kenduri di rumah kepala Dukuh dengan masing-masing membawa nasi ambengan berupa nasi uduk dan ingkung atau ayam utuh yang bertengger di atas ambengan. Dan pada malam harinya sebagai rangkaian penutup acara ucapan syukur biasanya ada hiburan rakyat berupa tayuban.
Apakah orang Kristen boleh ziarah kubur?
Gereja tidak mempunyai sikap yang jelas berkaitan dengan adanya tradisi ziarah kubur. Kalau kita membaca Alkitab, di situ tertulis bahwa ziarah kubur telah dilakukan oleh Maria, Maria Magdalena dan Salome ketika mereka mengunjungi makam Yesus pada Minggu Paskah. Bisa dimaklumi kenapa tidak ada sikap akomodatif dari gereja untuk membahas bersama antara tradisi lokal dan Alkitab, hal ini akibat pengaruh dari sejarah keberadaan gereja di Indonesia itu sendiri. Kalau kita mengingat sejarah Kiai Sadrach, maka kita akan bisa memaklumi bahwa kegiatan penginjilan yang dilakukan oleh Zending pada waktu itu sangat tidak ramah terhadap adat istiadat dan budaya Jawa. Penilaian JD Wolterbeek terhadap Kiai Sadrach yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Kiai Sadrach dalam melakukan pekabaran Injil dengan memakai cara Jawa sebagai sebuah sinkretisme karena bercampur dengan ngelmu Jawa. Sejarah mencatat, keberhasilan kaum zendeling melakukan penginjilan di Jawa karena adanya pemaksaan terhadap orang Jawa-Kristen untuk meninggalkan budayanya sendiri. Oleh karena itu lalu ada ungkapan bahwa orang Jawa-Kristen di cap sebagai Jawa tanggung, Landa wurung (Jawa setengah-setengah, Belanda gagal).
Namun sebenarnya dalam kenyataannya jemaat bisa berteologi secara mandiri dengan tidak meninggalkan budaya yang sudah ada, tanpa harus menghilangkan makna teologisnya. Pada hakekatnya tidak ada larangan bagi orang Kristen untuk melakukan ziarah kubur. Karena ziarah kubur bagi orang Kristen tidak berbeda dengan non Kristen, kecuali dalam hal berdoa. Orang Kristen tidak dibenarkan berdoa untuk kepentingan arwah, apalagi memohon berkah dari orang yang sudah meninggal. Doa orang Kristen yang ziarah kubur bermacam-macam, ada yang berdoa mohon kekuatan dan keteguhan iman kepada Tuhan yang Mahakasih karena telah ditinggalkan oleh orang yang dikasihinya, mengucapkan doa Bapa Kami bahkan ada yang mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Orang Kristen tidak dibenarkan untuk berziarah ke makam para Wali, raja-raja dan sejenisnya. Hari-hari untuk ziarah tidak tentu, sesuai dengan kesempatan atau keinginan mereka atau pada hari-hari tertentu seperti pada hari Paskah, Natal dsb.
Ada berbagai pendapat kenapa orang Kristen melakukan ziarah kubur. Ada yang beranggapan bahwa ziarah kubur merupakan hal yang penting karena dengan berziarah kubur dirinya bisa merenungkan kematian yang bakal dialaminya. Ada yang berpendapat bahwa ziarah kubur perlu dilakukan untuk mengenang orang yang dikasihinya yang telah meninggalkannya. Dalam ziarah ada yang memaknai sebagai sebuah pelepasan terhadap rasa sedih dan penyesalan karena merasa belum sempat membahagiakan mereka, belum sempat membalas budi baiknya. Ada pula yang berpendapat bahwa ziarah kubur merupakan sarana untuk mawas diri. Mawas diri dapat terwujud jika seseorang dapat memaknai hakekat kehidupannya, karena mereka sama sekali tidak tahu kapan tiba saatnya dipanggil ke pangkuan Bapa di surga. Oleh karena itu sudah sepantasnya diberikan pengertian kepada jemaat bahwa berteologi lokal seperti melakukan ziarah kubur diberi tempat yang seimbang dengan teologi resmi gereja. Hal ini dapat kita lihat dalam Alkitab yang juga memuat tentang ajaran yang universal, sehingga sudah saatnya gereja membahas bersama tentang teologi lokal dan teologi universal agar mendapat pemahaman yang jelas. Selamat berziarah kubur. (dari berbagai sumber). Gunungsindur, medio Sept’13. Ode Pamungkas.
Ziarah ke tanah suci
Seperempat abad belakangan ini beberapa Biro Perjalanan Wisata membaca peluang untuk mengeruk keuntungan finansial dengan membidik orang-orang Kristen yang kebetulan berkantong tebal dan rindu untuk melihat tanah perjanjian dengan menawarkan suatu wisata yang istimewa yang mereka sebut wisata rohani atau wisata spiritual. Dulu sering kita dengar orang-orang Katolik yang sedang bepergian ke Eropa kalau tidak ziarah ke Lourdes disebut kurang afdol, maka kini giliran kawasan Timur Tengah yang menjadi incaran para pengelola Biro Perjalanan Wisata ini. Untuk lebih menarik wisatawan ke Timur Tengah ini Biro Perjalanan menjelaskan betapa pentingnya suatu ziarah bagi orang percaya, bahkan sampai perlu mengutip satu ayat Alkitab: “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.” (Mark.16 : 1)
Dengan dasar ayat tersebut maka mereka dengan gencar mempromosikan untuk napak tilas perjalanan Yesus hingga ziarah ke kubur Yesus, dan ternyata memang banyak yang tertarik. Maka berbondong-bondonglah mereka untuk umroh dalam kelompok masing-masing dengan dipandu oleh seorang Gembala Jemaat. Mereka menawarkan paket 8 hari, 10 hari, 13 hari dst. dan akan dipandu menyusuri rute-rute tertentu sesuai jumlah hari yang ditentukan berikut jumlah biaya yang harus dibayar. Misalnya melalui rute Mesir dengan mengunjungi Gereja Abu Serga (tempat tinggal keluarga kudus sewaktu mengungsi di Mesir), Sinagoge Ben Ezra (Nabi Musa), Hanging Church. Kemudian ke Giza Piramida dan Sphinx, menuju Gurun Sinai melewati Gurun SIN, singgah di Rafidim, Masa dan Meriba (kemah Israel di gurun). Pada dini hari mendaki Gunung Sinai, kembalinya mampir di biara St Catharine dan melihat bekas semak bernyala dan sumur Jethro diteruskan ke perbatasan Israel menuju Yerusalem.
Keesokan paginya melihat gereja Nativity, padang gembala, ke Bukit Zaitun, gereja dan kebun Gethsemane, Gereja Bapa Kami, Dominus Flevit (Yesus menangisi Yerusalem), Gereja St Peter of Galicanthu, Tembok Ratapan, Ein Karim dan gereja Visitation & John the Baptist. Hari berikutnya pagi-pagi sekali Via Dolorosa (melewati Jalan Salib), ke bukit Golgota, Holy Sepulchre (Gereja Makam Kudus), Gereja St Anne dan kolam Bethesda. Kemudian ke Bukit Sion, the Cenacle (Ruang Perjamuan terakhir) dan turunnya Roh Kudus, Gereja Dormition, Makam Raja Daud, ke Jericho, Qumran (gulungan Kitab Suci) dan terapung di Dead Sea (Laut Mati). Hari berikutnya melihat reruntuhan Caesarea, menuju Gunung Carmel, gereja Stella Maris, Murakah (Goa Nabi Eliah) dan Nazareth. Berikutnya ke gereja Cana (untuk memperbaharui janji pernikahan suami isteri), berperahu di danau Galilea, kemudian ke Capernaum, gereja St Peter of Primacy (tempat penampakan Tuhan Yesus setelah kebangkitan), Tabgha (mukjizat 5 keping roti dan 2 ekor ikan), Mount Beatitude (bukit Sabda Bahagia), Yardenit (sungai Yordan) dan Gunung Tabor (tempat Yesus dimuliakan). Hari terakhir ke Tiberias, menuju Amman dan singgah di Gunung Nebo (Nabi Musa) dan kembali ke Tanah Air. Rute ini sudah mencakup seluruh daerah napak tilas untuk ziarah ke Tanah Suci.
Untuk orang yang kebetulan tidak berkantong tebal bisa ziarah di Tanah Air sendiri. Banyak tempat ziarah yang bisa dikunjungi seperti Goa Maria Sendangsono (Muntilan), Goa Maria Sendang Sriningsih (Klaten), Goa Maria Kereb (Ambarawa), Goa Maria Poh Sarang (Kediri), Goa Maria Pulung (Ponorogo), Goa Maria Imakulata (Kaliori, Banyumas),Goa Maria (Gunung Kidul), Goa Maria (Wonogiri) dan goa-goa Maria yang tersebar di seantero Nusantara lengkap dengan jalan salibnya.
Ziarah ke tempat keramat
Banyak tempat yang dianggap keramat oleh orang-orang tertentu yang menjadi tempat tujuan ziarah, seperti dhanyangan (pohon beringin besar dengan mata air dibawahnya) yang hampir ada di setiap desa, walau barangkali sekarang sudah banyak yang ditinggalkan.
Ziarah ke tempat-tempat yang dikeramatkan itu biasanya untuk ngalap berkah (mencari kekayaan, enteng jodoh, naik pangkat dan jabatan), bisa berupa Petilasan (bekas orang bersemedi/meditasi, bertapa), Sendhang (sumber mata air yang berbentuk kolam), Candi (peninggalan kerajaan masa silam) dan Makam orang-orang yang dianggap sakti pada waktunya, antara lain :
Petilasan.
Orang-orang yang berziarah ke tempat ini biasanya mempunyai tujuan agar dagangannya laris, mudah dapat jodoh, kenaikan pangkat dsb.
Kayangan nDlepih (Tirtomoyo, Wonogiri) konon ada watu kambang (batu apung besar) tempat bertapa Panembahan Senopati, namun batu apung itu terbawa banjir beberapa waktu kemudian.
Gunung Giri (Wonogiri) konon Sunan Giri sempat singgah dan bertapa beberapa waktu lamanya.
Bukit Bromo (lereng Gunung Lawu) konon tempat Nyi Ageng Serang bermarkas dan bertapa.
Lokamoksa Sri Aji Jayabaya (Kediri) konon di desa Menang Jayabaya moksa (hilang) ke Nirwana.
Kembang Lampir (Panggang, Gunung Kidul) konon tempat bertapa Ki Gede Pemanahan ketika menerima wahyu Gagak Emprit dan tempat bertapa Panembahan Senopati.
Guwa Sriti (Kalibawang, Kulonprogo) konon tempat rapat para Wali dalam rangka syiar Agama.
Gunung Damar (Bagelen, Purworejo) ada petilasan tempat Sunan Geseng yang sedang bertapa kemudian tumbuh rumput yang tinggi dan dibakar sehingga punggungnya terbakar alias geseng.
Sendhang
Sendhang atau belik merupakan mata air berbentuk kolam, biasanya ada pohon besar yang menaungi seperti pohon beringin sehingga suasananya teduh dan sunyi mencekam.
Biasanya ziarah disini ingin memperoleh sesuatu melalui yang mbaurekso (penguasa) sendang yang berwujud makhluk halus, untuk minta biar awet muda, naik pangkat dan derajat serta kesembuhan dari penyakit yang tak kunjung sembuh.
Sendhang Beji (Kalibawang, Kulonprogo) konon ketika Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya kemudian timbul mata air.
Sendhang Pandhan (Betal, Wonogiri) sendhang ini dipenuhi ikan seperti cendhol, tetapi tak seorangpun berani mengambilnya. Konon yang berani mengambil dan makan ikan ini akan mendapatkan malapetaka bahkan meninggal.
Sendhang Gayam (Wonogiri) sendhang ini hampir menyerupai telaga karena luasnya. Ditepinya tumbuh pohon gayam besar yang sudah ratusan tahun umurnya dan airnya dingin sekali.
Sumur Bandung (Kediri) peninggalan seorang sakti bernama Jaka Bandung, tempat orang mengambil air untuk obat, tumbal dan agar dirinya menjadi sakti.
Sendang Sirah Keteng (Ponorogo) yang luasnya sekitar satu hektar dan konon sumber airnya tembus sampai laut Kidul.
Dan masih banyak sendang-sendang yang tersebar di mana-mana, bahkan banyak pejabat atau petinggi dari Jakarta yang suka kungkum (berendam di sendang waktu tengah malam) sambil minta sesuatu kepada penguasa sendang agar dikabulkan permohonannya untuk naik pangkat dan jabatan.
Candi
Hampir semua peninggalan jaman kerajaan masa lampau yang berupa lingga maupun yoni serta reruntuhan candi yang tersebar di seluruh Nusantara biasanya di ziarahi orang dengan berbagai tujuan, namun tidak lepas dari masalah kekayaan, derajat dan pangkat dsb.
Tempat tersebut antara lain Candi Sukuh (Karanganyar), Candi Kalasan (Yogyakarta), Candi Batujaya (Karawang), Candi Cangkuang (Garut), Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Genthong (Trowulan) Situs Semen, Tondowongso (Kediri) dan candi-candi yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Namun yang dianggap paling keramat dan pantas unyuk di ziarahi justru bagian dari suatu candi yang ditemukan di luar candi seperti lingga, yoni dan reruntuhan bekas candi yang memang tidak terawat sehinga terkesan angker.
Makam atau kuburan
Makam atau kuburan merupakan tujuan ziarah yang paling banyak dikunjungi peziarah.
Tujuannya pun tidak berbeda jauh dengan para peziarah ke petilasan, sendang dan candi angker. Makam para Wali yang tersebar di Pulau Jawa, Makam Pangeran Diponegoro (Makasar), Makam Raja-raja di Imogiri, Makam Sambernyawa di bukit Mangadeg, Makam Raden Patah, Pati Unus (Demak), Makam Pangeran Samodra (Gunung Kemukus, Sragen), Makam Panembahan Bodo (Bantul), Makam Kyai Parak (Parakan), Makam Bonokeling (Banyumas), Makam Banyusumurup (Bantul) konon kerabat keraton dibantai oleh Sunan Amangkurat I, Makam-makam jaman Majapahit (Kediri) dan masih ratusan lagi makam yang dikeramatkan seperti di Gunung Srandil (Cilacap), Makam Balakan (Sukoharjo) dll.
Ziarah kubur
Makam atau kuburan bagi orang Jawa merupakan salah satu tempat yang dikeramatkan sehingga orang yang akan mengunjungi makam harus bersih fisik dan pikiran serta berperilaku sopan. Meski yang akan dikunjungi itu sudah meninggal namun tetap harus dihormati jasadnya. Berperilaku sopan artinya tidak boleh membuat makam itu menjadi kotor seperti membuang kotoran sembarangan, meludah apalagi kencing. Perbuatan seperti itu akan menimbulkan walad atau maladi alias kuwalad, sehingga makam dimaknai sebagai tempat yang keramat. Orang Jawa memahami orang yang meninggal itu sebagai orang yang sedang sare (tidur), oleh karena itu mereka juga menyebut makam sebagai pesarean.
Orang yang sedang sare itu artinya sedang istirahat dan tentu saja tidak boleh diganggu.
Dalam pelaksanaannya, setiap orang yang melakukan ziarah adalah membersihkan makam dengan menyapu daun-daun kering yang gugur, mencabuti rumput bila sudah tumbuh di atas makam.
Jika makam itu di kijing (batu nisan) maka batu nisan itu dibersihkan dengan air sehingga debu dan kotoran yang menempel menjadi bersih. Kemudian menabur bunga yang dibeli di pasar seperti bunga mawar sebagai bunga tabur atau membawa dari rumah kalau ada. Setelah tabur bunga selesai, pelaku ziarah lalu duduk disekitar makam untuk berdoa atau merenung mengenang yang sudah meninggal.
Ada yang berdoa agar arwah yang meninggal diterima di sisi Tuhan, ada yang mohon ketenangan dan kesabaran untuk keluarga yang ditinggalkan dan ada juga yang minta berkah pada orang yang sudah meninggal, sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Ziarah kubur biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu misalnya hari Selasa Kliwon, Jumat Kliwon atau hari lain sesuai dengan kesepakatan keluarga, misalnya kalau mereka mau punya hajat sunatan, perkawinan dsb. Yang biasanya ramai peziarah adalah hari-hari menjelang bulan Puasa atau biasa disebut megengan, atau pada saat Idul Fitri. Karena ziarah pada Idul Fitri diyakini sebagai bentuk silaturahmi antara yang hidup dan yang mati.
Pada ziarah Idul Fitri ini ada bunga khusus yang ditaburkan yaitu bunga selasih. Pelaksanaan ziarah yang dikaitkan dengan tradisi warga setempat misalnya pada bulan Sapar, sebelum ziarah ke makam dilakukan dulu bersih desa atau rasulan, yakni membersihkan lingkungan seperti nawu belik atau membersihkan sumber air, baru kemudian membersihkan makam. Pada sore hari dilakukan kenduri di rumah kepala Dukuh dengan masing-masing membawa nasi ambengan berupa nasi uduk dan ingkung atau ayam utuh yang bertengger di atas ambengan. Dan pada malam harinya sebagai rangkaian penutup acara ucapan syukur biasanya ada hiburan rakyat berupa tayuban.
Apakah orang Kristen boleh ziarah kubur?
Gereja tidak mempunyai sikap yang jelas berkaitan dengan adanya tradisi ziarah kubur. Kalau kita membaca Alkitab, di situ tertulis bahwa ziarah kubur telah dilakukan oleh Maria, Maria Magdalena dan Salome ketika mereka mengunjungi makam Yesus pada Minggu Paskah. Bisa dimaklumi kenapa tidak ada sikap akomodatif dari gereja untuk membahas bersama antara tradisi lokal dan Alkitab, hal ini akibat pengaruh dari sejarah keberadaan gereja di Indonesia itu sendiri. Kalau kita mengingat sejarah Kiai Sadrach, maka kita akan bisa memaklumi bahwa kegiatan penginjilan yang dilakukan oleh Zending pada waktu itu sangat tidak ramah terhadap adat istiadat dan budaya Jawa. Penilaian JD Wolterbeek terhadap Kiai Sadrach yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Kiai Sadrach dalam melakukan pekabaran Injil dengan memakai cara Jawa sebagai sebuah sinkretisme karena bercampur dengan ngelmu Jawa. Sejarah mencatat, keberhasilan kaum zendeling melakukan penginjilan di Jawa karena adanya pemaksaan terhadap orang Jawa-Kristen untuk meninggalkan budayanya sendiri. Oleh karena itu lalu ada ungkapan bahwa orang Jawa-Kristen di cap sebagai Jawa tanggung, Landa wurung (Jawa setengah-setengah, Belanda gagal).
Namun sebenarnya dalam kenyataannya jemaat bisa berteologi secara mandiri dengan tidak meninggalkan budaya yang sudah ada, tanpa harus menghilangkan makna teologisnya. Pada hakekatnya tidak ada larangan bagi orang Kristen untuk melakukan ziarah kubur. Karena ziarah kubur bagi orang Kristen tidak berbeda dengan non Kristen, kecuali dalam hal berdoa. Orang Kristen tidak dibenarkan berdoa untuk kepentingan arwah, apalagi memohon berkah dari orang yang sudah meninggal. Doa orang Kristen yang ziarah kubur bermacam-macam, ada yang berdoa mohon kekuatan dan keteguhan iman kepada Tuhan yang Mahakasih karena telah ditinggalkan oleh orang yang dikasihinya, mengucapkan doa Bapa Kami bahkan ada yang mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Orang Kristen tidak dibenarkan untuk berziarah ke makam para Wali, raja-raja dan sejenisnya. Hari-hari untuk ziarah tidak tentu, sesuai dengan kesempatan atau keinginan mereka atau pada hari-hari tertentu seperti pada hari Paskah, Natal dsb.
Ada berbagai pendapat kenapa orang Kristen melakukan ziarah kubur. Ada yang beranggapan bahwa ziarah kubur merupakan hal yang penting karena dengan berziarah kubur dirinya bisa merenungkan kematian yang bakal dialaminya. Ada yang berpendapat bahwa ziarah kubur perlu dilakukan untuk mengenang orang yang dikasihinya yang telah meninggalkannya. Dalam ziarah ada yang memaknai sebagai sebuah pelepasan terhadap rasa sedih dan penyesalan karena merasa belum sempat membahagiakan mereka, belum sempat membalas budi baiknya. Ada pula yang berpendapat bahwa ziarah kubur merupakan sarana untuk mawas diri. Mawas diri dapat terwujud jika seseorang dapat memaknai hakekat kehidupannya, karena mereka sama sekali tidak tahu kapan tiba saatnya dipanggil ke pangkuan Bapa di surga. Oleh karena itu sudah sepantasnya diberikan pengertian kepada jemaat bahwa berteologi lokal seperti melakukan ziarah kubur diberi tempat yang seimbang dengan teologi resmi gereja. Hal ini dapat kita lihat dalam Alkitab yang juga memuat tentang ajaran yang universal, sehingga sudah saatnya gereja membahas bersama tentang teologi lokal dan teologi universal agar mendapat pemahaman yang jelas. Selamat berziarah kubur. (dari berbagai sumber). Gunungsindur, medio Sept’13. Ode Pamungkas.
Eksistensi Alam Maut

“Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas…..” (Lukas 16:23-24)
Alam Maut adalah tempat yang paling menakutkan
Dalam Lukas 16: 22-28, Yesus Kristus memberikan gambaran menakutkan mengenai alam maut, sementara itu dalam dunia nyata beberapa dekade yang lalu sebuah buku diterbitkan, berjudul Beyond Death’s Door oleh Dr Maurice Rawlings. Dr Rawlings, seorang spesialis dalam Internal Medicine dan Penyakit Kardiovaskular, menyadarkan banyak orang yang telah mati secara klinis.
Dr Rawlings, seorang “ateis”, "mempertimbangkan semua agama", "dan meyakini kematian tidak lebih dari kepunahan yang menyakitkan". Tapi sesuatu terjadi pada tahun 1977 yang membawa perubahan dramatis dalam kehidupan Dr Rawlings! Dia melakukan resusitasi seorang pria (tindakan medis untuk proses penyadaran pasien. – red.), namun pasien tersebut ketakutan dan berteriak-teriak. Dr Rawlings mengatakan: "Setiap kali pasien kembali dengan detak jantung dan pernapasannya, sang pasien berteriak, "Saya di neraka!" ia takut dan meminta saya membantunya. “Aku takut mati”sahutnya ... Lalu aku melihat tampilan yang benar-benar terkejut di wajahnya. Dia tampak ketakutan yang amat sangat, hal ini terlihat daripada ekspresi kematian pasien ini dengan kengerian pada pupil mata-nya yang melebar, dan ia berkeringat dan gemetar! Kemudian masih ada hal lain yang aneh terjadi. Dia berkata, "Apakah kau tidak mengerti? Saya di neraka ... Jangan biarkan aku kembali ke neraka!". . . Orang itu serius, dan akhirnya terpikir olehku bahwa ia memang dalam kesulitan. Dia panik seperti aku belum pernah melihat pasien seperti itu sebelumnya." (Maurice Rawlings, Beyond Death’s Door, Thomas Nelson Inc, 1979). Dr Rawlings mengatakan, tidak ada orang yang bisa mendengar jeritan dan melihat ekspresi ketakutan di wajahnya yang menyiratkan bahwa ia benar-benar di tempat yang disebut neraka!
Alkitab memberitahukan lokasi alam maut
Alkitab terus memperingatkan tentang apa yang disebut alam maut. Ada lebih dari 162 referensi dalam Perjanjian Baru yang memperingatkan alam maut. Dan lebih dari 70 referensi tersebut diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus! Ketika Yesus Kristus mati di kayu salib, JiwaNya turun ke dalam kerajaan maut. Dalam Kisah Para Rasul 2, Petrus sedang berbicara; ayat 31, "... melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Kristus, bahwa jiwaNya tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati (alam maut)" . Dan di Matius 12:40, Yesus Kristus berkata: "Karena Yunus adalah tiga hari dan tiga malam di perut ikan paus: demikianlah Anak Manusia akan tiga hari dan tiga malam di Jantung Bumi." Alkitab dengan jelas mendeskripsikan bahwa alam maut ada di dalam perut bumi!
Efesus 4:9-10, mengatakan: Bukankah “Ia telah naik” berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Ilmuwan dan guru Alkitab, Henry Morris juga setuju Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa alam maut ada di bumi ini: "Sejauh yang kita tahu dari Alkitab, alam maut ini, adalah suatu tempat di jantung bumi itu sendiri. Hal ini juga disebut 'lubang' (Yesaya 14: 9, 15 ; Yeh 32:18-21). Dan 'jurang' (Wahyu 9:2) ... Para penulis sendiri tentu meyakini alam maut menjadi nyata dan secara geografis berada di 'bawah' permukaan bumi. (Henry M. Morris, Alkitab Memiliki Jawabannya, hal. 220) The Birmingham News, April 10, 1987 memiliki sebuah artikel berjudul "Pusat Bumi Lebih Panas Dari Permukaan Matahari". Artikel tersebut menyatakan bahwa para ilmuwan baru-baru ini menemukan, "Inti Bumi terdalam memiliki suhu lebih dari 6.648 derajat Celcius”. Pernahkah Anda melihat gambar dari gunung berapi meletus, memuntahkan lautan api dari dalam bumi – dan memakan segala sesuatu dari hawa-panasnya? Sebelumnya ribuan tahun yang lalu, Alkitab telah terlebuh dahulu menggambarkan sebuah tempat yang disebut alam maut di jantung bumi yang cocok persis dengan apa yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Alam maut itu benar-benar ada
Dalam Bilangan 16, Alkitab memberikan jumlah orang jatuh ke dalam neraka hidup-hidup! "Dan bumi membuka mulutnya, dan menelan mereka, dan rumah-rumah mereka, dan semua orang yang ada pada Korah, dan segala harta benda mereka. Demikianlah mereka, dengan semua orang yang ada pada mereka, turun hidup-hidup ke dunia orang mati, dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu." Bilangan 16:32-33
Caspar Peucer, seorang astronom abad ke-14 terkenal dan dokter, yang juga meneliti dan mendokumentasikan letusan Gunung di Heklafell menulis beberapa informasi yang sangat menakutkan dalam temuan penelitiannya. Peucer, mengatakan bahwa "ratapan takut, tangisan dan kertak gigi" bisa didengar ketika gunung berapi ini meletus. "Dari jurang Gunung di Heklafell, atau lebih tepatnya dari alam maut itu sendiri, naik teriakan melankolis dan ratapan keras, sehingga ini dapat didengar beberapa mil di sekitar ... mungkin ada didengar dalam ratapan menakutkan gunung, ratap dan kertak gigi." (Haraldur Sigurdsson, Melting the Earth, The History of Ideas on Volcanic Eruptions , hal. 73). Dan Caspar Peucer tidak sendirian. Ada orang lain yang percaya bahwa mereka telah mendengar "tangisan dan teriakan" yang berasal dari gunung berapi itu. Sebagian besar telah mencoba untuk mengabaikan. Beberapa hanya menjelaskan "suara neraka" dengan arti rasional. Tapi mereka ada. . .
"Suara-suara menakutkan yang dikeluarkan dari beberapa gunung berapi mereka pasti dianggap sebagai jeritan jiwa disiksa di api neraka di bawah". (Haraldur Sigurdsson, Melting the Earth, The History of Ideas on Volcanic Eruptions, hal. 73)
Wahyu 14:10 mengatakan, "... dan ia akan disiksa dengan api dan belerang ..." Dan Ayub 18 menjelaskan "... TEMPAT dari dirinya yang tidak sadar, Allah" (ayat 21), dan dalam ayat 15 sebagai, "... belerang harus tersebar pada perkemahannya." Apakah Anda tahu apa belerang itu? Dan Anda tahu di mana belerang atau belerang ditemukan? DALAM BUMI INI! Menurut buku Volcanoes oleh Pierre Kohler (hal. 43), ketika Gunung St. Helens meletus pada tahun 1980 - 150.000 ton gas belerang dikeluarkan! Ayub adalah buku tertua dalam Alkitab, ditulis lebih dari 3.000 tahun yang lalu, namun Ayub tahu lebih dahulu ketimbang ilmu pengetahuan yang tidak tahu selama bertahun-tahun - di dalam bumi ini adalah belerang! Majalah Nature pada edisi Juli 2002, menemukan apa yang Alkitab tahu lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Dimana, di dalam dunia ini adalah "api dan belerang":
Artikel berikut muncul di surat kabar Finlandia dihormati, Ammenusastia :
Sebagai komunis, saya tidak percaya surga atau Alkitab tetapi sebagai ilmuwan saya sekarang percaya ada alam maut," kata Dr Azzacove. "Tak perlu dikatakan kami terkejut untuk membuat penemuan seperti itu. Tapi kami tahu apa yang kami lihat, dan kami tahu apa yang kami dengar. Dan kami benar-benar yakin bahwa kami menge-bor melalui gerbang alam maut!” Dr Azzacove melanjutkan, "... bor tiba-tiba mulai berputar liar, menunjukkan bahwa kami telah mencapai suatu ruang kosong besar atau gua. Sensor Suhu menunjukkan peningkatan dramatis dalam panas hingga lebih dari 1.000 derajat Celcius." kami menurunkan mikrofon, yang dirancang untuk mendeteksi suara gerakan lempeng di bawah poros. Tapi bukannya gerakan lempeng yang kami dengar melainkan suara manusia menjerit kesakitan! Pada awalnya kami pikir suara itu berasal dari peralatan kami sendiri." "Tapi ketika kami membuat penyesuaian atas kecurigaan kami tersebut untuk dikonfirmasi, jeritan itu bukan orang-orang dari manusia tunggal, mereka adalah jeritan jutaan manusia!"
Yesus berkata tentang orang dalam alam maut pada Lukas 16:
23 "Dan di neraka ia mengangkat matanya, berada di siksaan ..."
24 "... karena aku tersiksa dalam nyala api ini."
28 "... tempat siksaan."
Ini mustahil bagi kemanusiaan untuk memahami deskripsi Alkitab tentang alam maut. Tidak ada tempat di bumi dapat dibandingkan dengannya. Tidak ada mimpi buruk bisa menghasilkan teror untuk menyesuaikan dengan keadaan alam maut. Tidak ada film horor bisa menggambarkannya. Yang jahat harus kembali ke alam maut, dan segala bangsa yang melupakan Allah. (Mazmur 9:18)
Alkitab menggambarkan alam maut sebagai menangis (Mat 8:12), meratap (Mat 13:42), kertak gigi (Matius 13:50), kegelapan (Mat 25:30), api (Lukas 16:24), terbakar (Yes 33:14), siksaan (Lukas 16:23), hukuman yang abadi! Yesus Kristus berkata dalam Matius 25:41, "pergilah dari padaku, kamu dikutuk, ke API ABADI, yang dipersiapkan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya." Dalam Matius 13:42, Yesus berkata: "Dan akan mengusir mereka ke dalam dapur api: di sanalah akan ada ratapan dan kertakan gigi."
Apa yang mungkin bernilai kekekalan di neraka? Tidak heran Yesus Kristus memperingatkan begitu banyak tentang neraka! Tidak heran Yesus berkata dalam Markus 8:36, "Untuk apa harus itu keuntungan seorang pria, jika ia akan memperoleh seluruh dunia, dan KEHILANGAN JIWA SENDIRI?"
Yesus Kristus memberitakan alam maut dengan sangat serius
Yesus Kristus berkata dalam Markus 9:43-47;
43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah,: lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup cacat, daripada memiliki dua tangan untuk masuk ke alam maut, ke dalam api yang tidak terpadamkan:
45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah,: lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup berhenti, daripada memiliki dua kaki untuk dicampakkan ke dalam alam maut, ke dalam api yang tidak terpadamkan: 47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah: lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu, daripada memiliki dua mata dicampakkan ke dalam api alam maut:
Yesus Kristus memberitakan alam maut begitu serius - Dia bisa mengatakan tanpa keraguan sedikitpun - untuk menghapus mata Anda, memotong tangan atau kaki, jika itu akan membuat Anda keluar dari alam maut! Jika alam maut tidak nyata - Yesus Kristus adalah orang yang paling tertipu yang pernah hidup! Yesus Kristus tahu persis apa yang Ia bicarakan!
Tuhan TIDAK ingin Anda di neraka
Neraka tidak dibuat untuk manusia. Matius 25:41 mengatakan; neraka, "... dipersiapkan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya:" Karena Allah adalah KASIH, dan Dia MENCINTAI ANDA begitu banyak, Dia mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, ke bumi ini untuk mati dalam kematian kejam di kayu salib untuk membayar harga ALLAH yang KUDUS bagi tuntutan dosa-dosa Anda. Roma 5:8 mengatakan, "Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dalam hal itu, ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita." Tuhan tidak mengirim seseorang ke alam maut. Anda memilih alam maut bila Anda menolak Yesus Kristus. Ketika Anda menolak hadiah kasih Allah akan kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus, berarti Anda akan membayar dosa-dosa anda di alam maut! Diolah dari berbagai sumber. Eko P. Saragi.
Alam Maut adalah tempat yang paling menakutkan
Dalam Lukas 16: 22-28, Yesus Kristus memberikan gambaran menakutkan mengenai alam maut, sementara itu dalam dunia nyata beberapa dekade yang lalu sebuah buku diterbitkan, berjudul Beyond Death’s Door oleh Dr Maurice Rawlings. Dr Rawlings, seorang spesialis dalam Internal Medicine dan Penyakit Kardiovaskular, menyadarkan banyak orang yang telah mati secara klinis.
Dr Rawlings, seorang “ateis”, "mempertimbangkan semua agama", "dan meyakini kematian tidak lebih dari kepunahan yang menyakitkan". Tapi sesuatu terjadi pada tahun 1977 yang membawa perubahan dramatis dalam kehidupan Dr Rawlings! Dia melakukan resusitasi seorang pria (tindakan medis untuk proses penyadaran pasien. – red.), namun pasien tersebut ketakutan dan berteriak-teriak. Dr Rawlings mengatakan: "Setiap kali pasien kembali dengan detak jantung dan pernapasannya, sang pasien berteriak, "Saya di neraka!" ia takut dan meminta saya membantunya. “Aku takut mati”sahutnya ... Lalu aku melihat tampilan yang benar-benar terkejut di wajahnya. Dia tampak ketakutan yang amat sangat, hal ini terlihat daripada ekspresi kematian pasien ini dengan kengerian pada pupil mata-nya yang melebar, dan ia berkeringat dan gemetar! Kemudian masih ada hal lain yang aneh terjadi. Dia berkata, "Apakah kau tidak mengerti? Saya di neraka ... Jangan biarkan aku kembali ke neraka!". . . Orang itu serius, dan akhirnya terpikir olehku bahwa ia memang dalam kesulitan. Dia panik seperti aku belum pernah melihat pasien seperti itu sebelumnya." (Maurice Rawlings, Beyond Death’s Door, Thomas Nelson Inc, 1979). Dr Rawlings mengatakan, tidak ada orang yang bisa mendengar jeritan dan melihat ekspresi ketakutan di wajahnya yang menyiratkan bahwa ia benar-benar di tempat yang disebut neraka!
Alkitab memberitahukan lokasi alam maut
Alkitab terus memperingatkan tentang apa yang disebut alam maut. Ada lebih dari 162 referensi dalam Perjanjian Baru yang memperingatkan alam maut. Dan lebih dari 70 referensi tersebut diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus! Ketika Yesus Kristus mati di kayu salib, JiwaNya turun ke dalam kerajaan maut. Dalam Kisah Para Rasul 2, Petrus sedang berbicara; ayat 31, "... melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Kristus, bahwa jiwaNya tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati (alam maut)" . Dan di Matius 12:40, Yesus Kristus berkata: "Karena Yunus adalah tiga hari dan tiga malam di perut ikan paus: demikianlah Anak Manusia akan tiga hari dan tiga malam di Jantung Bumi." Alkitab dengan jelas mendeskripsikan bahwa alam maut ada di dalam perut bumi!
Efesus 4:9-10, mengatakan: Bukankah “Ia telah naik” berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Ilmuwan dan guru Alkitab, Henry Morris juga setuju Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa alam maut ada di bumi ini: "Sejauh yang kita tahu dari Alkitab, alam maut ini, adalah suatu tempat di jantung bumi itu sendiri. Hal ini juga disebut 'lubang' (Yesaya 14: 9, 15 ; Yeh 32:18-21). Dan 'jurang' (Wahyu 9:2) ... Para penulis sendiri tentu meyakini alam maut menjadi nyata dan secara geografis berada di 'bawah' permukaan bumi. (Henry M. Morris, Alkitab Memiliki Jawabannya, hal. 220) The Birmingham News, April 10, 1987 memiliki sebuah artikel berjudul "Pusat Bumi Lebih Panas Dari Permukaan Matahari". Artikel tersebut menyatakan bahwa para ilmuwan baru-baru ini menemukan, "Inti Bumi terdalam memiliki suhu lebih dari 6.648 derajat Celcius”. Pernahkah Anda melihat gambar dari gunung berapi meletus, memuntahkan lautan api dari dalam bumi – dan memakan segala sesuatu dari hawa-panasnya? Sebelumnya ribuan tahun yang lalu, Alkitab telah terlebuh dahulu menggambarkan sebuah tempat yang disebut alam maut di jantung bumi yang cocok persis dengan apa yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Alam maut itu benar-benar ada
Dalam Bilangan 16, Alkitab memberikan jumlah orang jatuh ke dalam neraka hidup-hidup! "Dan bumi membuka mulutnya, dan menelan mereka, dan rumah-rumah mereka, dan semua orang yang ada pada Korah, dan segala harta benda mereka. Demikianlah mereka, dengan semua orang yang ada pada mereka, turun hidup-hidup ke dunia orang mati, dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu." Bilangan 16:32-33
Caspar Peucer, seorang astronom abad ke-14 terkenal dan dokter, yang juga meneliti dan mendokumentasikan letusan Gunung di Heklafell menulis beberapa informasi yang sangat menakutkan dalam temuan penelitiannya. Peucer, mengatakan bahwa "ratapan takut, tangisan dan kertak gigi" bisa didengar ketika gunung berapi ini meletus. "Dari jurang Gunung di Heklafell, atau lebih tepatnya dari alam maut itu sendiri, naik teriakan melankolis dan ratapan keras, sehingga ini dapat didengar beberapa mil di sekitar ... mungkin ada didengar dalam ratapan menakutkan gunung, ratap dan kertak gigi." (Haraldur Sigurdsson, Melting the Earth, The History of Ideas on Volcanic Eruptions , hal. 73). Dan Caspar Peucer tidak sendirian. Ada orang lain yang percaya bahwa mereka telah mendengar "tangisan dan teriakan" yang berasal dari gunung berapi itu. Sebagian besar telah mencoba untuk mengabaikan. Beberapa hanya menjelaskan "suara neraka" dengan arti rasional. Tapi mereka ada. . .
"Suara-suara menakutkan yang dikeluarkan dari beberapa gunung berapi mereka pasti dianggap sebagai jeritan jiwa disiksa di api neraka di bawah". (Haraldur Sigurdsson, Melting the Earth, The History of Ideas on Volcanic Eruptions, hal. 73)
Wahyu 14:10 mengatakan, "... dan ia akan disiksa dengan api dan belerang ..." Dan Ayub 18 menjelaskan "... TEMPAT dari dirinya yang tidak sadar, Allah" (ayat 21), dan dalam ayat 15 sebagai, "... belerang harus tersebar pada perkemahannya." Apakah Anda tahu apa belerang itu? Dan Anda tahu di mana belerang atau belerang ditemukan? DALAM BUMI INI! Menurut buku Volcanoes oleh Pierre Kohler (hal. 43), ketika Gunung St. Helens meletus pada tahun 1980 - 150.000 ton gas belerang dikeluarkan! Ayub adalah buku tertua dalam Alkitab, ditulis lebih dari 3.000 tahun yang lalu, namun Ayub tahu lebih dahulu ketimbang ilmu pengetahuan yang tidak tahu selama bertahun-tahun - di dalam bumi ini adalah belerang! Majalah Nature pada edisi Juli 2002, menemukan apa yang Alkitab tahu lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Dimana, di dalam dunia ini adalah "api dan belerang":
Artikel berikut muncul di surat kabar Finlandia dihormati, Ammenusastia :
Sebagai komunis, saya tidak percaya surga atau Alkitab tetapi sebagai ilmuwan saya sekarang percaya ada alam maut," kata Dr Azzacove. "Tak perlu dikatakan kami terkejut untuk membuat penemuan seperti itu. Tapi kami tahu apa yang kami lihat, dan kami tahu apa yang kami dengar. Dan kami benar-benar yakin bahwa kami menge-bor melalui gerbang alam maut!” Dr Azzacove melanjutkan, "... bor tiba-tiba mulai berputar liar, menunjukkan bahwa kami telah mencapai suatu ruang kosong besar atau gua. Sensor Suhu menunjukkan peningkatan dramatis dalam panas hingga lebih dari 1.000 derajat Celcius." kami menurunkan mikrofon, yang dirancang untuk mendeteksi suara gerakan lempeng di bawah poros. Tapi bukannya gerakan lempeng yang kami dengar melainkan suara manusia menjerit kesakitan! Pada awalnya kami pikir suara itu berasal dari peralatan kami sendiri." "Tapi ketika kami membuat penyesuaian atas kecurigaan kami tersebut untuk dikonfirmasi, jeritan itu bukan orang-orang dari manusia tunggal, mereka adalah jeritan jutaan manusia!"
Yesus berkata tentang orang dalam alam maut pada Lukas 16:
23 "Dan di neraka ia mengangkat matanya, berada di siksaan ..."
24 "... karena aku tersiksa dalam nyala api ini."
28 "... tempat siksaan."
Ini mustahil bagi kemanusiaan untuk memahami deskripsi Alkitab tentang alam maut. Tidak ada tempat di bumi dapat dibandingkan dengannya. Tidak ada mimpi buruk bisa menghasilkan teror untuk menyesuaikan dengan keadaan alam maut. Tidak ada film horor bisa menggambarkannya. Yang jahat harus kembali ke alam maut, dan segala bangsa yang melupakan Allah. (Mazmur 9:18)
Alkitab menggambarkan alam maut sebagai menangis (Mat 8:12), meratap (Mat 13:42), kertak gigi (Matius 13:50), kegelapan (Mat 25:30), api (Lukas 16:24), terbakar (Yes 33:14), siksaan (Lukas 16:23), hukuman yang abadi! Yesus Kristus berkata dalam Matius 25:41, "pergilah dari padaku, kamu dikutuk, ke API ABADI, yang dipersiapkan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya." Dalam Matius 13:42, Yesus berkata: "Dan akan mengusir mereka ke dalam dapur api: di sanalah akan ada ratapan dan kertakan gigi."
Apa yang mungkin bernilai kekekalan di neraka? Tidak heran Yesus Kristus memperingatkan begitu banyak tentang neraka! Tidak heran Yesus berkata dalam Markus 8:36, "Untuk apa harus itu keuntungan seorang pria, jika ia akan memperoleh seluruh dunia, dan KEHILANGAN JIWA SENDIRI?"
Yesus Kristus memberitakan alam maut dengan sangat serius
Yesus Kristus berkata dalam Markus 9:43-47;
43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah,: lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup cacat, daripada memiliki dua tangan untuk masuk ke alam maut, ke dalam api yang tidak terpadamkan:
45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah,: lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup berhenti, daripada memiliki dua kaki untuk dicampakkan ke dalam alam maut, ke dalam api yang tidak terpadamkan: 47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah: lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu, daripada memiliki dua mata dicampakkan ke dalam api alam maut:
Yesus Kristus memberitakan alam maut begitu serius - Dia bisa mengatakan tanpa keraguan sedikitpun - untuk menghapus mata Anda, memotong tangan atau kaki, jika itu akan membuat Anda keluar dari alam maut! Jika alam maut tidak nyata - Yesus Kristus adalah orang yang paling tertipu yang pernah hidup! Yesus Kristus tahu persis apa yang Ia bicarakan!
Tuhan TIDAK ingin Anda di neraka
Neraka tidak dibuat untuk manusia. Matius 25:41 mengatakan; neraka, "... dipersiapkan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya:" Karena Allah adalah KASIH, dan Dia MENCINTAI ANDA begitu banyak, Dia mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, ke bumi ini untuk mati dalam kematian kejam di kayu salib untuk membayar harga ALLAH yang KUDUS bagi tuntutan dosa-dosa Anda. Roma 5:8 mengatakan, "Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dalam hal itu, ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita." Tuhan tidak mengirim seseorang ke alam maut. Anda memilih alam maut bila Anda menolak Yesus Kristus. Ketika Anda menolak hadiah kasih Allah akan kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus, berarti Anda akan membayar dosa-dosa anda di alam maut! Diolah dari berbagai sumber. Eko P. Saragi.
Unggah-ungguh

Agar pembaca tidak jenuh dengan artikel “Basa Jawa iku simpel” maka kali ini kami seling dengan pengertian tentang Unggah-ungguh dalam bahasa Jawa. Meski bahasa Jawa itu simple namun ada bagian yang rumit dan sungguh sulit untuk dipelajari yaitu tentang unggah-ungguh. Kenapa dikatakan rumit dan sulit karena bahasa Jawa terdiri dari berbagai tingkatan bahasa seperti : Ngoko (ngoko lugu, ngoko andhap), Madya (madya ngoko, madyantara, madya krama), Krama (krama lugu, mudha krama, wredha krama, krama inggil) dan Krama ndesa serta Basa Kraton. Namun bahasan kali ini kami batasi saja tentang ngoko, krama dan krama inggil, karena tiga tingkatan bahasa itulah yang saat ini masih dipergunakan, sementara tingkatan yang lain sudah jarang dipakai dalam pergaulan sehari-hari bahkan hilang seiring majunya jaman.
Yang mempergunakan basa ngoko adalah :
1. Percakapan sesama anak-anak
2. Percakapan sesama teman yang sudah akrab
3. Percakapan dari orang yang lebih tua kepada yang lebih muda
4. Pastur dalam menyampaikan kotbah
Contoh :
1. Aku arep lunga dhisik (saya mau pergi dulu)
2. Sampeyan tindake mengko bae (anda perginya nanti saja)
3. Mangga kopine diunjuk mumpung isih anget (silakan minum kopinya selagi masih hangat)
Yang mempergunakan basa krama adalah :
1. Murid terhadap guru
2. Orang muda terhadap orang yang lebih tua
3. Anak terhadap orang tua
4. Bawahan terhadap atasan
Contoh :
1. Kula badhe kesah rumiyin (saya mau pergi dulu)
2. Panjenengan tindakipun mangke kemawon (anda perginya nanti saja)
3. Mangga kopinipun dipun unjuk mumpung taksih anget (silakan minum kopinya selagi masih hangat)
Yang mempergunakan basa krama inggil adalah :
Orang-orang yang menghormati/meninggikan orang lain (lawan bicara) dan merendahkan diri sendiri.
Contoh :
1. Nalika panjenengan rawuh mriki, kula nembe adus (ketika anda datang ke sini, saya sedang mandi)
2. Eyang sare wonten dalem wingking, kula tilem wonten ngajeng (Kakek tidur di rumah belakang, saya tidur di depan)
3. Ibu mundhut ageman wonten toko, kula tumbas rasukan wonten peken (ibu membeli baju di toko, saya membeli baju di pasar)
Oleh karena itu merupakan kesalahan yang besar menurut unggah-ungguh kalau sampai kalimatnya terbalik dengan meninggikan dirinya sendiri.
Contoh :
1. Kula badhe siram rumiyin (saya mau mandi dulu)
2. Kala wau kula sampun dhahar soto (tadi saya sudah makan soto)
3. Wonten toko kula mundhut rasukan (di toko saya membeli baju)
4. Kula ajeng tindak kantor (saya mau pergi ke kantor)
5. Benjing sonten kula rawuh mrika (besok sore saya datang ke sana)
Yang agak menggelikan adanya salah kaprah dalam penyebutan nama Desa atau Kota yang diganti dengan basa krama seperti Wonoginten (Wonogiri), Wonosantun (Wonosari), Bajul kesupen (Boyolali), Semawis (Semarang), Kawis Ageng (Karang gedhe), Kawis enggal (Karang anyar), Tirto gesang (Banyu urip), Tirto enggal (Banyu anyar), Selo sigar (Watu sigar), Jatosradin (Jatiroto), Purwosantun (Purwosari), Redi santun (Gunungsari) dan yang paling aneh adalah Segawon Kendel (Suren, asu leren). *dari berbagai sumber. Andreas Hutomo.
Yang mempergunakan basa ngoko adalah :
1. Percakapan sesama anak-anak
2. Percakapan sesama teman yang sudah akrab
3. Percakapan dari orang yang lebih tua kepada yang lebih muda
4. Pastur dalam menyampaikan kotbah
Contoh :
1. Aku arep lunga dhisik (saya mau pergi dulu)
2. Sampeyan tindake mengko bae (anda perginya nanti saja)
3. Mangga kopine diunjuk mumpung isih anget (silakan minum kopinya selagi masih hangat)
Yang mempergunakan basa krama adalah :
1. Murid terhadap guru
2. Orang muda terhadap orang yang lebih tua
3. Anak terhadap orang tua
4. Bawahan terhadap atasan
Contoh :
1. Kula badhe kesah rumiyin (saya mau pergi dulu)
2. Panjenengan tindakipun mangke kemawon (anda perginya nanti saja)
3. Mangga kopinipun dipun unjuk mumpung taksih anget (silakan minum kopinya selagi masih hangat)
Yang mempergunakan basa krama inggil adalah :
Orang-orang yang menghormati/meninggikan orang lain (lawan bicara) dan merendahkan diri sendiri.
Contoh :
1. Nalika panjenengan rawuh mriki, kula nembe adus (ketika anda datang ke sini, saya sedang mandi)
2. Eyang sare wonten dalem wingking, kula tilem wonten ngajeng (Kakek tidur di rumah belakang, saya tidur di depan)
3. Ibu mundhut ageman wonten toko, kula tumbas rasukan wonten peken (ibu membeli baju di toko, saya membeli baju di pasar)
Oleh karena itu merupakan kesalahan yang besar menurut unggah-ungguh kalau sampai kalimatnya terbalik dengan meninggikan dirinya sendiri.
Contoh :
1. Kula badhe siram rumiyin (saya mau mandi dulu)
2. Kala wau kula sampun dhahar soto (tadi saya sudah makan soto)
3. Wonten toko kula mundhut rasukan (di toko saya membeli baju)
4. Kula ajeng tindak kantor (saya mau pergi ke kantor)
5. Benjing sonten kula rawuh mrika (besok sore saya datang ke sana)
Yang agak menggelikan adanya salah kaprah dalam penyebutan nama Desa atau Kota yang diganti dengan basa krama seperti Wonoginten (Wonogiri), Wonosantun (Wonosari), Bajul kesupen (Boyolali), Semawis (Semarang), Kawis Ageng (Karang gedhe), Kawis enggal (Karang anyar), Tirto gesang (Banyu urip), Tirto enggal (Banyu anyar), Selo sigar (Watu sigar), Jatosradin (Jatiroto), Purwosantun (Purwosari), Redi santun (Gunungsari) dan yang paling aneh adalah Segawon Kendel (Suren, asu leren). *dari berbagai sumber. Andreas Hutomo.